|
Sumber : RCTI+ (Event Sol/Luna, 19 Desember 2020) |
JKT48 telah mengumumkan restrukturisasi grup pada 10
November 2020 silam, di mana manajemen akan melakukan pemangkasan jumlah staf
dan member. JKT48 Operation Team (JOT), manajemen JKT48 melakukan
restrukturisasi ini secara bertahap. Dimulai dari pengumuman pembatalan debut
generasi 10 pada 4 Desember, dan berlanjut 11 Januari 2021 tentang member
terdampak restrukturisasi yang berjumlah 26 orang.
Kondisi keuangan yang memburuk sebagai dampak pandemi yang
menghambat kegiatan-kegiatan JKT48, sehingga stakeholder terkait
sempat hendak membubarkan grup. “Kami merasa tujuan dibentuknya JKT48 tidak
dapat diberikan secara maksimal. Faktanya, secara bisnis, grup ini mengalami
kerugian yang menyakitkan. Di posisi yang sulit untuk beroperasi,” ucap Melody
Nurramdhani, GM Teater JKT48, dalam rilis yang diunggah di YouTube resmi JKT48
pada 10 November silam.
Setelah pengumuman 10 November 2020 yang berbarengan dengan
tagar #KamiBersamaJKT48, berlanjut dengan batalnya debut generasi 10 pada 4
Desember 2020, dan 11 Januari 2021 diumumkannya member terdampak
restrukturisasi via website. 2 Februari lalu, pengumuman mendadak mengenai
struktur dan konsep baru JKT48 telah disampaikan oleh juru bicara yang sama.
Lalu, bagaimana penulis menilai semua yang telah terjadi sekarang setelah
mengamati dan membaca berbagai pendapat yang berseliweran di linimasa?
Penulis akan membagi pembahasan opini penulis berdasarkan
tanggal pengumuman (11 Januari dan 2 Februari) dan opini yang akan menyinggung
banyak hal. Daripada semua isi pikiran tentang restrukturisasi bikin overthinking,
lebih baik semuanya dituliskan dan ini akan jadi tulisan yang cukup panjang. Bisa jadi ini adalah awal dan akhir penulis menyuarakan hal serius semacam ini di segmen yang "suka-suka"
Opini Tentang Pengumuman 11 Januari
a. Asumsi : Apa Dasar JOT "Memecat" Member
Terdampak?
Sebelumnya, penulis pernah menyinggung di artikel tentang restrukturisasi tentang analisis singkat mengenai kemungkinan alasan
member di-graduate-kan. Jika menilik sekilas, ada dua kemungkinan
member graduate yakni penawaran graduate dan
“dipaksa” graduate.
Pertama, penawaran untuk graduate. Beberapa
member yang berniat untuk lulus dari dirinya sendiri. Semisal, Fidly yang
mengatakan bahwa dia ingin melanjutkan karirnya di bidang e-sports dan Diani
yang mengatakan ingin melanjutkan cita-citanya sebagai pramugari. Kemudian cara
kedua, graduate “paksa”. Hal tersebut bisa tercermin
dari tweet beberapa member yang menyiratkan perasaan terkejut
dari mereka setelah pemberitahuan.
Namun, seiring berjalannya waktu beberapa member juga mulai
“bersuara” terkait pengumuman 11 Januari tersebut. Penulis lupa persisnya di
mana membaca dan mendengar mengenai kasus ini, di mana muncul anggapan bahwa
member yang mengatakan sudah lama mendiskusikan dengan manajemen sebenarnya
hanya “mencari alasan” saja. Karena penulis tidak menemukan pembahasan yang
dimaksud, maka penulis tidak terlalu berani mengeluarkan pendapat. Apakah ada
sesuatu yang disembunyikan?
Terlepas dari itu, ada asumsi logis yang penulis temukan di
Twitter mengenai perkiraan variabel-variabel yang menjadi pertimbangan JOT
untuk “meluluskan” member yang terdampak restrukturisasi.
- Member
yang terdampak restrukturisasi sebagian besar bukan merupakan
senbatsu/undergirls. Sousenkyo bisa dijadikan variabel
untuk mengukur kekuatan fanbase, yang jelas akan memengaruhi hasil Sousenkyo yang
berdampak secara ekonomi bagi manajemen. Meskipun begitu, masih menjadi
tanda tanya mengapa sekelas top Sousenkyo seperti Amel
dan Aya bisa terdampak. Bisa jadi mereka memiliki faktor-faktor lain yang
tidak diutarakan kepada fans, selain alasan kesehatan, pendidikan, dan
lain-lain.
- Performa
member secara bisnis. Ini tidak terkait tentang bagaimana performa di
show, namun lebih terkait dengan bisnis. Apakah bisa memberikan income yang
besar untuk manajemen? Bisa melalui penjualan Video Call, saweran
Showroom, kemampuan menarik penonton ke Teater, dll.
- Penyesuaian
konsep. Seperti yang telah diutarakan oleh GM Teater JKT48 bahwa JKT48
akan membuat konsep baru, sehingga mungkin akan dilakukan penyesuaian di
mana member yang dianggap tidak sesuai dengan konsep baru yang akan
dibangun akan diluluskan. Ini berlaku untuk beberapa member seperti Yori
dan Afiqah yang dianggap “masa depan JKT48.”
Meskipun begitu, ada hal yang menurut penulis mengganjal, mengenai pernyataan
Melody yang dikutip JawaPos (12/1) mengenai bagaimana manajemen memilih member
yang terdampak restrukturisasi. Salah satu alasan yang dimunculkan adalah kecocokan
dengan konsep JKT48 yang akan berubah ke depannya. Pemilihan kata-kata ini
cenderung seperti tidak menghargai mereka yang terdampak karena adanya pembandingan antar-member.
Ada pandangan jauh dari beberapa komentar yang mengatakan
bahwa pemilihan kalimat ini juga bisa dijadikan kode bahwa akan ada pembaruan total
dengan meluluskan seluruh anggota lama dan menggantinya dengan image baru.
Penulis tidak akan membahas mengenai isi kolom komentar yang terlihat seolah realistis
dengan bukti-bukti yang mereka tawarkan, mungkin biar menjadi opsi alternatif
dan akan terbukti nanti.
b. Opini : Mengapa Member Tidak Dihiatuskan Saja?
Ada beberapa suara yang berpendapat bahwa mungkin member
dihiatuskan saja. Namun, penulis memiliki pendapat bahwa menghiatuskan member
sama saja dengan menggantungkan harapan kepada member. Memang dari sisi
manajemen dan fans akan diuntungkan, namun tidak dari sisi member. Mungkin saja
ada member yang menggantungkan ekonominya dari hasil gaji di JKT48, dan itu
juga berisiko mengingat sebagian dari mereka sudah tidak dibantu secara finansial
dari keluarganya. Kalaupun mereka mencoba mencari pemasukan dengan cara lain,
tentu saja akan bertabrakan dengan kontrak mereka di JKT48. Mungkin saja, namun penulis juga tidak terlalu paham mengenai skema kontrak kerja profesional.
Penulis berpendapat bahwa “pemecatan” bisa menjadi opsi,
namun bukan yang terbaik. Bagaimana jika manajemen melakukan jalan tengah
dengan memberi member ruang untuk dapat menerima pemasukan dengan cara lain
semisal endorsment atau pekerjaan lain? Namun penulis rasa ide
ini terlambat, saran yang bisa diberikan adalah agar JOT memberikan privilage kepada
member terdampak untuk dapat kembali jika kondisi berangsur normal sebagaimana
yang diberikan kepada member generasi 10 yang batal debut. Terlepas dari apakah
member akan kembali atau tidak, itu adalah hak mereka masing-masing namun
setidaknya pihak manajemen telah memberikan “keistimewaan” ketika mereka ingin
kembali.
Opini Tentang Pengumuman 2 Februari
a. Prediksi yang Terjadi dan Isu Peniadaan Kapten
Sebagaimana yang penulis singgung di breaking
news 2 Februari lalu, penulis sudah menduga jika akan ada
pembubaran tim dan dijadikan satu tim secara utuh. Sebenarnya ini adalah
analisis paling kuat menurut penulis selain pemerataan anggota tim hingga
masing-masing berjumlah 11 anggota, atau pembubaran kembali team T yang de
javu ke tahun 2019 silam.
Yang belum disinggung di artikel tersebut adalah soal
peniadaan kapten. Menurut penulis pada bagian ini masih belum jelas, apakah
yang dimaksud peniadaan kapten adalah sebatas kapten per team atau termasuk
kapten JKT48. Jika benar-benar peniadaan kapten ini termasuk kapten JKT48, ini
sudah masuk sebagai keputusan fatal.
Di masa sulit, peran pemimpin sangat penting sebagai orang
yang mendorong semangat dalam sebuah kelompok. Kapten yang diambil dari member
bisa mendorong moral member lain untuk tetap “survive” di tengah kondisi yang
benar-benar tidak nyaman saat ini. Jika sampai kepemimpinan kapten di JKT48
ditiadakan seluruhnya maka bisa menjadi sebuah blunder lagi, terlepas dari
nasib Gaby yang “di-PHP” oleh manajemen.
b. Fatamorgana Konsep Baru ala Manajemen JKT48
Berikutnya mengenai konsep baru JKT48. Mengutip dari Jawa
Pos (12/1), Melody menyampaikan bahwa akan ada perubahan struktur secara
mendasar, kami akan banyak berfokus kepada pembangunan kembali dari awal secara
fundamental sekaligus memikirkan program kerja yang baru dan fresh.
Banyak orang menduga-duga mengenai konsep baru JKT48 yang akan dibuat dengan
tetap meneruskan tagline ONE yang sudah diumumkan sebelumnya.
Namun, seperti dugaan penulis, berekspektasi tinggi kepada
JOT adalah sebuah kesalahan. Penyatuan tim serta kembalinya setlist lama ini
seolah membuang ekspektasi konsep fresh yang dijanjikan oleh
manajemen. Apakah konsep baru ini juga bisa dilihat dari single baru
yang akan dirilis? Jika menilik dari pernyataan Melody pada wawancara dengan
Jawa Pos (4/2), untuk karya bagi khalayak umum, manajemen sudah menyiapkan
single baru dengan warna yang berbeda. Sehingga bisa jadi pemilihan single
Darashinai Aishikata adalah pembaruan konsep yang dimaksud oleh JOT.
Latar belakang pemilihan single ini mungkin akan dijelaskan
ketika peluncurannya 16 Maret nanti.
c. Setlist Baru Seumur Jagung dan Recycling Setlist Lama
Dalam penjelasan Melody kepada Jawa Pos (4/2) terkait dengan
dihapuskannya setlist Ramune no Nomikata, ia menyampaikan bahwa setlist Ramune
no Nomikata milik team KIII. Sehingga warna tim masih sangat kental di setlist
tersebut. Dengan konsep JKT48 yang baru, kami ingin memulai semuanya dari awal
tanpa sekat dan warna tim tertentu.
Namun jika berbicara sekat tim, masing-masing setlist lama
yang dipilih juga berisiko memunculkan sekat tim karena masing-masing setlist
juga identik dengan tim yang ada sebelumnya. Semisal Renai Kinshi
Jourei yang identik dengan tim J, Seishun Girls dengan
KIII, dan Seifuku no Me yang identik sebagai setlist team T.
Jika menginginkan konsep baru tanpa sekat tim, seharusnya JOT bisa menggunakan
setlist baru. Beberapa penggemar berpendapat bahwa setlist “RESET” milik AKB48
bisa dimunculkan sebagai penggambaran JKT48 yang “di-reset”.
Di sisi lain, tidak menutup kemungkinan juga akan terjadi
pembandingan antara satu member dengan member lain/eks-member yang identik
dengan setlist tersebut jika tetap menampilkan setlist yang sudah ada, baik
setlist secara umum ataupun unit song yang dibawakan. Penulis
masih belum paham mengenai tantangan baru apa yang akan dihadapi oleh JKT48
dengan konsep barunya.
Mengutip dari Jawa Pos (4/2), ketika ditanya mengenai
keputusan recycling setlist lama sebagai langkah aman, Melody
menampik hal tersebut dan mengatakan bahwa setlist akan
dibawakan dengan rasa yang berbeda dan berharap agar penonton dapat
menikmati setlist tersebut dengan perasaan yang berbeda.
Bagaimana caranya menikmati setlist lama dengan perasaan yang
berbeda?
Hal yang penulis amati mengenai pemilihan setlist lama
adalah kemungkinan dari manajemen yang ingin memulangkan fans lama. Pandangan
penulis sendiri sudah cukup sulit jika berbicara mengenai strategi menarik fans
lama. Fans yang memutuskan untuk pensi tentu punya alasan yang
tidak terbatas pada kebosanan atau hal-hal yang berkaitan dengan konsep yang
diterapkan, namun juga karena alasan pribadi yang ada di luar kontrol
manajemen. Lalu, dasar JOT memilih recycle setlist lama
seperti apa sesungguhnya?
Bagi sebagian penggemar, terkhusus yang baru datang di era
pandemi, kehilangan setlist Ramune no Nomikata dan Fly! Team T adalah sebuah
hal yang menyesakkan dada. Terlebih, banyak sekali fans yang memuji setlist
yang diperjuangkan sangat susah oleh tim KIII. Dimulai dari konser KIII di
Februari 2020, latihan di tengah pelaksanaan PSBB, hingga drama menjelang shonichi
setlist. Begitu juga dengan Fly! Team T yang hadir memberi harapan di
tengah kondisi pandemi yang masih belum mereda.
Penulis yakin akan ada yang merasa kehilangan, namun
bagaimanapun juga begitulah keputusan manajemen. Pandangan penulis masih sama
dengan sebelumnya, sepakat dengan keputusan “memensiunkan” setlist namun
menyayangkan keputusan JOT berupa recycling setlist lama yang
dianggap masih identik dengan tim juga. Mengenai Seifuku no Me yang
sering dikambinghitamkan fans sebagai salah satu penyebab cedera beberapa
member, sepertinya live Showroom
Celine (3/2) sudah mengklarifikasi bersih. Salut untuk Celine yang
berani “pasang badan” menjawab desas-desus warga fandom JKT48 tentang SnM
selama ini.
Selain itu, dalam melakukan performance 3 setlist secara
bergantian, maka cukup berisiko pada member yang kelelahan. Penulis tidak tahu
soal bagaimana perlakuan JOT dan kemampuan fisik member, namun dengan kesibukan
yang lebih padat ini member dituntut untuk bekerja lebih keras dan berisiko
kelelahan. Dari stamina yang menurun tersebut, bukankah risiko cedera juga
malah meninggi? Ini hanya pandangan subyektif semata, dan jika salah mohon dikoreksi.
Opini Kepada Stakeholder (Manajemen dan Fans)
a. Manajemen Risiko
Sebagai entitas bisnis, tentunya dalam manajemen krisis,
masalah restrukturisasi seharusnya berada di level manajemen dan stakeholder pengambil
keputusan. Aset utama, dalam hal ini adalah para member, seharusnya perlu
dijaga karena sumber income dalam bisnis idol group.
Evaluasi dan restrukturisasi seharusnya dilakukan pertama
kali kepada program kerja dan beban manajemen, entah dengan rotasi atau pengubahan
SOP. Masih menjadi tanda tanya juga bagaimana member seolah menjadi beban
perusahaan, apalagi jika menilik beberapa teriakan fans yang kecewa dengan
terdampaknya beberapa member yang dianggap bisa menjadi masa depan JKT48.
Selain itu, alih-alih menanyakan pendapat fans sebagai stakeholder, itupun
kalau dianggap, JOT malah membangun struktur baru yang cenderung lebih
membebani member agar bekerja lebih keras.
Yang masih menjadi tanda tanya dari penulis adalah, apakah
perusahaan sebesar JKT48 dan agensinya, Dentsu, tidak memiliki sumber daya yang
mampu mengelola risiko manajemen yang baik?
Sebelum itu, pengertian dari risk management atau manajemen
risiko (yang selanjutnya disebut MR) adalah langkah identifikasi,
evaluasi, dan prioritas risiko diikuti dengan penerapan sumber daya yang
terkoordinasi dan ekonomis untuk meminimalkan, memantau, dan mengendalikan
kemungkinan atau dampak dari kejadian yang tidak menguntungkan. MR
terbagi atas manajemen risiko operasional, manajemen risiko hazard,
manajemen risiko finansial, dan manajemen risiko strategis.
Mari tengok sejenak timeline JOT (referensi : Instagram
FaseBaru dengan penyesuaian).
- Pengumuman
Darurat : 14 Maret 2020 (Pemerintah menetapkan
COVID-19 sebagai Bencana Nasional), 17 Maret 2020 (JOT
mengumumkan penutupan teater).
- Audisi
Generasi 10 : 2 Juni 2020 (Pembukaan pendaftaran
secara online).
- Peresmian
Team dan Setlist : 22 Agustus 2020 (Fly! Team T
diresmikan bersama dengan team T formasi Baru), 15 November 2020 (Shonichi
Ramune no Nomikata oleh Team KIII).
- Event
Besar JKT48 : 12 September 2020 (Anniversary
JKT48 Theater), 19 Desember 2020 (Sol/Luna Anniversary
Concert and Graduation Ceremony)
- Pengumuman
Restrukturisasi : 10 November 2020 (Pengumuman
Restrukturisasi), 4 Desember 2020 (Pembatalan Debut
Generasi 10), 11 Januari 2021 (Pengumuman Terdampak
Restrukturisasi), 2 Februari 2021 (Pengumuman Struktur
dan Kegiatan JKT48)
Lalu, di manakah JOT patut dikatakan gagal memanajemen
risiko? Di saat pemerintah telah mengumumkan darurat COVID-19 pada bulan Maret,
JOT dengan cukup berani mengadakan audisi generasi 10 dan membentuk formasi tim
T baru beserta setlistnya, namun pada November 2020 dan Januari 2021 malah
mengumumkan restrukturisasi dengan alasan force majeure alias
pandemi COVID-19. Dalam urusan bisnis besar, apakah sudah dipikirkan
risiko-risikonya? Dalam mengambil keputusan hidup diri sendiri saja harus
berhati-hati, apalagi bisnis besar yang melibatkan banyak orang.
Keputusan JOT menimbulkan tanda tanya, dengan beraninya
membuka audisi generasi 10 dan formasi tim T yang pasti menggunakan dana
operasional besar. Mereka juga pastinya memahami bahwa pemasukan dari penjualan
konten digital berbonus video call dan streaming teater tidak
sebesar seperti kegiatan offline sebelum pandemi (JawaPos,
4/2) sehingga cukup berisiko mengadakan event-event besar. Belum lagi dengan
meluluskan 26 member yang tentu saja akan menghilangkan kepercayaan fans dari
26 member tersebut yang pasti juga akan berpengaruh terhadap pendapatan mereka.
Pada akhirnya, keputusan yang diambil menjadi blunder yang
berkesinambungan menurut penulis.
Melihat timeline sejak pengumuman bulan Januari, sepertinya
JKT48 akan sangat sibuk hingga setidaknya bulan Maret mendatang. Dengan jadwal
beruntun tersebut, apakah JOT sedang mengejar sesuatu? Ditambah dengan
pengumuman yang terkesan singkat sehingga seperti tidak ada perencanaan jangka
panjang dalam manajemen.
b. Public Relation yang Perlu Dibenahi
Berikutnya, penulis juga tertarik dengan pernyataan Melody
pada pengumuman awal restrukturisasi 10 November silam, yang menyampaikan bahwa
manajemen dan stakeholder ingin membubarkan JKT48. ”Beberapa
bulan terakhir, manajemen dan stakeholder berdiskusi. Apakah
tidak ada cara lain bagi JKT48 selain untuk bubar?”
Pertanyaan paling simpel, siapa saja stakeholder yang
terlibat dalam diskusi tersebut? Apakah fans juga turut dilibatkan dalam
diskusi tersebut? Mengingat selama ini manajemen sering mengambil
keputusan-keputusan besar tanpa melibatkan fans. Bahkan pada pengumuman
restrukturisasi lalu, manajemen hanya meminta fans legawa dan menerima.
Sebagai grup yang mengakulturasi budaya Jepang, penulis
mengambil contoh seorang pejabat yang masih terduga kasus maka ia akan meminta
maaf dan mengundurkan diri. Mengapa JOT dengan representasi oleh juru bicaranya
tidak melakukan hal yang sama? Ini hanya pandangan subyektif penulis, namun apa
salahnya menghargai fans yang pasti bersedih meskipun tidak ada yang bisa
disalahkan? Bukankah attitude semacam itu juga ditekankan
kepada para member sebagai fanservice? Bukankah juga dahulu manajer
sampai turun langsung ke teater dan meminta maaf secara langsung?
Penulis juga menyoroti dari beberapa jawaban lain dari
Melody terkait beberapa pertanyaan yang terkesan klise dan masih menggantung.
Pandangan penulis, cara komunikasi seperti ini perlu dihindari. Di dalam
manajemen grup sebesar JKT48, apakah tidak ada PR yang bisa mengelola bagaimana
cara manajemen menyampaikan informasi ke publik? Begitu pula dengan media
sosial yang terkesan template.
Selain itu, penulis menyayangkan kembali sikap Melody yang
menaikkan hate comment mengenai restrukturisasi, padahal masih
banyak postingan lain yang bernada positif dan membangun. Kalau gimmick drama
dan belas kasih terus dimunculkan sedangkan kesalahan tidak kunjung diperbaiki,
jangan heran jika fans mulai kesal dan (tidak perlu dilanjutkan, sudah ketebak
kan?)
Dengan segala masukan dari fans yang telah tersebar luas di
media sosial, besar harapan JOT dapat mendengarkan dan membacanya. Atau sekalian
mengajak perwakilan fans, entah dari fans OFC atau MVP 300 ke atas, untuk
berdiskusi tentang masa depan JKT48. Penulis yakin bahwa masukan dari fans
pasti berguna, terlebih latar belakang fans JKT48 banyak yang bukan orang sembarangan.
Jangan sampai slogan “Tumbuh dan Berkembang bersama Fans” hanya menjadi gimmick
belaka.
c. Fandom : Lingkungan dan Pelayanan
Berikutnya, tentang fans dan segala desas-desus di dalamnya.
Penulis tidak akan membahas mengenai kabar burung tentang “pembubaran” dari
akun-akun yang dianggap sebagai “orang dalam”. Isu yang belum terverifikasi
kejelasannya dan pendapat penulis bahwa hal tersebut malah dapat mengeruhkan
suasana. Warga fandom satu ini memang mudah terpancing kalau meributkan sesuatu
yang tidak penting dan masih abstrak. Menghindari toxic fandom memang
agak susah, di manapun pasti akan menemui tipikal fans toxic.
Kemudian, baik sebelum maupun sesudah restrukturisasi masih
banyak fans yang membandingkan antara satu member dengan member lainnya. Masih
ada kasus beberapa member yang di-bully seperti Aurel yang dispam
komentar, atau bahkan seremeh member yang suka membahas soal ke-korea-an.
Terutama di masalah restrukturisasi, banyak yang membandingkan bahkan
menjelek-jelekkan member lain. Beberapa oknum menyerang member yang bahkan
tidak tahu apa-apa soal restrukturisasi dan menyalahkan bahwa dialah
penyebab oshi-nya “dipecat.” Mohonlah kepada para fans untuk
mengurangi hal-hal seperti ini, semua cibiran itu tidak akan mengubah apapun.
Sakit hati itu wajar, namun tetaplah berpikir sehat.
Di balik sisi negatif internal perwotaan dan stigma dari
masyarakat awam, sejujurnya penulis masih jatuh cinta dengan cara fandom ini
menunjukkan dukungan kepada member. Selain dari cara-cara konvensional di
acara-acara resmi JKT48, bahkan mereka juga melakukan ucapan yang unik.
Semisal, ucapan graduation Beby yang dipajang besar di
Holywings, atau ucapan selamat ulang tahun yang unik semisal dipasang di
reklame sampai remix DJ ala-ala. Belum lagi hal-hal lain yang membuat penulis
terkagum melihatnya.
Layanan kepada fans sepertinya juga perlu dibenahi. Penulis
pernah mengulas tentang website JKT48 dan memang masih banyak yang perlu diperbaiki.
Kemudian hal-hal penting lain seperti sistem pembayaran yang dirasa masih cukup
menyulitkan banyak fans dan website yang seringkali down. Sistem IT
yang terkait dengan ini sepertinya perlu banyak dibenahi. Namun, penulis
mengapresiasi pemilihan mitra streaming dengan tiket.com dan
RCTI+ terlepas dari segala kekurangannya. Penulis tidak akan mengomentari
tentang pelayanan secara langsung di teater karena belum pernah merasakan.
Jadi, penulis tidak akan membahasnya.
d. Inovasi Produk, Pembajakan, dan Lisensi Konten
Salah satu masukan yang bisa diberikan kepada JOT adalah inovasi
produk. Penulis kira dengan membuat merchandise limited edition yang ikonik, pastilah
bisa laku. Atau semisal membuat konten digital spesial seperti karya seni buatan
member atau ucapan khusus dari member. Jangan terlalu terpaku pada produk yang
itu-itu saja, apalagi di era digital yang sudah menuntut adaptasi. Soal
orisinalitas bisa saja menggunakan tanda tangan member atau special
message member yang otentik dan tidak mungkin ditiru. Meskipun begitu, kualitas konten juga perlu ditingkatkan mengingat cukup banyak keluhan terkait produk dan konten yang dijual. Sudah banyak kok kasusnya, tidak perlu ditunjukkan.
Masalah pembajakan konten yang sepertinya terlihat lumrah di
negeri ini, apapun fanbase-nya. Pembajakan seperti menjadi masalah umum dalam
publikasi dan hak cipta karya di negeri ini. Kasus link re-upload dan link
mirror streaming adalah salah satu tantangan yang dihadapi oleh JOT
dalam menjalankan teater streaming. Tindakan pembajakan memang
tidak dapat dibenarkan dan cukup susah untuk menambal bagaimanapun caranya
mengingat mindset masyarakat kita masih belum cukup untuk
mengatasi masalah pembajakan.
Ada beberapa solusi yang bisa diberikan, yakni meningkatkan
pengawasan dan klaim hak cipta. Penulis juga melihat banyak lisensi hak cipta
lagu lari ke 48Group lainnya semisal AKB48, SKE48, dan bahkan BNK48. Penulis
berharap JOT dapat mengurus soal lisensi lagu-lagu JKT48 agar tidak lari
sepenuhnya ke grup lain, mengingat income dari sana bisa
membantu keuangan grup.
Sebagai penutup, apakah Cara Ceroboh untuk
Mencinta adalah representasi manajemen dalam menghadapi kondisi sulit
di masa pandemi yang ceroboh dalam menjalankan bisnis ini? Atau bahkan akan ada
pembaruan besar-besaran yang tidak pernah terlintas di benak para fans? Hanya
mereka yang tahu. Lagi-lagi tulisan panjang lebar ini hanya sekedar opini
seorang fans yang mengikuti grup idola ini sejak kelas 5 SD dan grup idola
kesayangannya ini telah menjadi bagian dari masa remajanya yang agak kaku. Semangat!