Kehidupan modern kita saat ini hampir tidak pernah lepas dari alunan musik, apapun bentuknya. Ada yang memainkannya dengan indah dengan alat-alat musik umum atau bahkan membuatnya dari alat-alat sederhana semacam pukulan meja atau temu antara dua logam. Ada pula yang mendengarkannya dengan menggunakan cara lama semacam piringan atau kaset sampai cara modern dan simpel seperti menggunakan layanan streaming berbasis digital. Musik seperti sudah menjadi barang wajib yang hadir dalam kehidupan. Berbelanja di pasar modern, resepsi pernikahan, bahkan pemecah hening yang menemani malam-malam penuh overthinking.
Sebelum itu, izinkan penulis menjelaskan segmen baru. Kontemplasi. Bermakna sebagai renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh. Sebagai tuangan dari bahan overthinking setiap malam, dengan harapan ketika dituliskan ada orang yang sepemikiran atau paling tidak bisa menemukan petunjuk-petunjuk kecil untuk menemukan jawaban dari apa yang dipikirkan selama ini. Konsep ini akan terus berkembang, sesuai dengan perkembangan manusia itu sendiri.
Kembali ke tema. Lagu-lagu saat ini dapat digunakan sebagai sarana rekreasi karena
musik bisa membuat hati dan pikiran lebih tenang sehingga orang akan nyaman
mendengar alunan musik. Lirik-lirik dalam lagu juga dapat menyampaikan sebuah
pesan yang ingin dicurahkan. Tentu tidak semua orang dapat menuliskan
perasaannya ke dalam sebuah lagu, sehingga orang mencari lagu yang dianggap
mereka sesuai dengan kondisinya saat ini.
Lagu-lagu yang populer saat ini salah satunya adalah
lagu-lagu dengan lirik nan liris bercerita tentang kesedihan hati. Cukup banyak
lagu tentang patah hati dan kesedihan karena cinta dengan pembawaan yang
berbeda-beda. Di tengah banyaknya lagu dengan suasana sendu, penulis sangat
menyenangi lagu-lagu sedih namun bernada ceria. Mungkin bagi sebagian orang ini
terdengar unik, tapi lagu-lagu seperti ini punya interpretasi sendiri bagi
penulis, yakni tentang bagaimana kita bersembunyi dengan senyuman dan keceriaan
sedangkan perasaan saat itu sedang mendung. Menerjemahkan kebiasaan manusia
yang sering kali berkata ‘gapapa’ walau kenyataannya sedang ada apa-apa.
Dua genre lagu yang penulis masukkan dalam playlist saat
ini, lagu-lagu Jepang (khususnya 48 Group) dan lagu-lagu modern Jawa yang diinisiasi
oleh karya almarhum Didi Kempot. Sedikit opini mengenai dua genre musik ini.
Pertama, lagu-lagu Jepang yang dibawakan oleh 48 Group.
Penulis tidak merujuk spesifik ke grup JKT48 karena kebanyakan mereka
membawakan lirik terjemahan dari saudara grupnya yang di Jepang. Selain itu,
ada juga lagu bertema kesedihan yang menjadi favorit dan belum pernah dibawakan
oleh grup yang berbasis di Jakarta itu sendiri. Walaupun kebanyakan lagu Jepang
yang penulis temui (cukup banyak lagu yang didengar berasal dari soundtrack anime)
juga ada yang memiliki konsep yang sama, yakni membawakan lirik yang liris
dengan nada yang ceria dan dance-able.
Satu contoh,
lagu galau di JKT48 pertama yang penulis sadari bahwa ini adalah tentang cinta
tak berbalas. Dengan nada yang ceria dan semangat fans yang dengan lantang
meneriakkan chant dan memanggil nama member mengaburkan makna yang sudah
tertulis cukup jelas tentang perasaan searah kepada teman sekelas.
Ini lagu cukup lama, dan penulis sendiri bahkan pernah menyaksikan
video lagu ini dibawakan secara moshing oleh fans. Berteriak bersama
melepaskan perasaan perih yang selama ini terpendam. Hah, susah mendefinisikan
perasaan itu ke dalam kata-kata. Sebuah kelegaan tersendiri dan momen yang mendukung
untuk lepas. Masih banyak lagu-lagu lain yang serupa, namun kita saat ini bukan
sedang membahas #KembaliNgidol. Eh, mungkin bisa juga dibahas. Hmmmm.....
Mari kita meninggalkan sanggar tari di sebuah mal di
Sudirman Jakarta dan berkelana ke regional Jawa. Belakangan muncul lagu-lagu berbahasa
Jawa, atau yang sering disebut campursari, meramaikan kancah permusikan. Genre ini
mengacu kepada musik dari Jawa yang mencampurkan beberapa genre musik kontemporer
di tanah air. Campursari pertama kali dipopulerkan oleh Manthous dengan
memasukkan keyboard ke dalam orkestrasi gamelan pada sekitar akhir
dekade 80-an melalui kelompok gamelan "Maju Lancar".
Genre lagu ini kembali digandrungi anak muda belakangan ini
setelah lagu ‘Cidro’ dari Didi Kempot naik daun dan menjadi lagu yang mewakili
perasaan sedih anak muda yang cintanya dikhianati. Lagu ini setahu penulis
sudah lawas, namun memang masih bisa relate dengan kondisi saat ini.
Tentang perasaan yang dicampakkan karena diri yang tidak memiliki materi yang sesuai
dengan impian dia yang dikejar. Lagu yang sudah penulis dengarkan sejak masih
kanak-kanak, dan semakin tua akhirnya memahami betapa pedihnya lagu ini.
Menariknya, tabuhan gendang di lagu ini malah memberi daya
magis pendengar untuk berjoget ria. Menikmati musik dan melupakan semua
kesedihan yang terjadi. Terlihat seperti sebuah kontradiksi tapi begitulah
realitasnya. Di tengah riuh penonton bernyanyi bersama, terselip teriakan
berisi kata umpatan pada masa lalu yang menyakitkan. Di tengah lirik yang dibawakan
sambil berjoget, ada air mata yang tidak mampu dibendung mengingat cinta yang
berkhianat. Nahas memang, tapi semua rasa tumpah di situasi itu. Mengingat
kembali perkataan dari beliau,
“biar patah hati yang penting tetep dijogeti.”
Tidak hanya karya Pakdhe saja yang ramai dibicarakan. Banyak
juga penyanyi berbahasa Jawa lain yang muncul dan berhasil membangun eksistensinya,
terutama ketika mereka membawakan karya mereka yang bertema sendu. Mulai dari
Guyonwaton dengan Korban Janjinya, Denny Caknan dengan Kartonyono Medot Janji,
sampai Hendra Kumbara dengan Dalan Liyane. Banyak yang tidak disebut dan mereka
banyak berkontribusi dalam karya-karya lagu berbahasa Jawa yang berlirik liris.
Kesimpulan dari pikiran abstrak ini apa? Entahlah, episode
perdana tulisan yang merupakan limpahan overthinking diri sendiri.
Kadang dengan dituliskannya pertanyaan-pertanyaan ini, bisa menjadi sebuah
kelegaan atau bahkan menemukan jawaban daripada hanya sekedar dipikirkan berputar
menghabiskan jam tidur malam.
Kembali ke pembahasan, bahwa manusia sering kali denial dengan
perasaan yang dia alami. Kesedihan kadang dipaksakan tersenyum, membangun kesan
kepada orang lain bahwa kita sedang baik-baik saja. Pesannya sederhana, bahwa
kesedihan tidak perlu selalu dibawa untuk menangis. Untuk melepaskannya, ada
hal-hal menyenangkan yang dapat membuat kita lupa akan kesedihan itu, atau
bahkan berada pada level menikmati patah hati ketika ikhlas dan menerima
keadaan telah berhasil didapatkan. Semua akan lepas pada waktunya, pelan-pelan.
Inilah sedikit pesan dari hati yang pernah remuk dan
menemukan salah satu jalan keikhlasan dengan melepaskan emosi dari lagu-lagu
semacam ini. Apapun caramu menikmati patah hati, lekas pulih...