Sebagaimana yang kita tahu semenjak penerapan tanggap
darurat pandemi COVID-19 berpengaruh terhadap kegiatan dan aktivitas JKT48. Kegiatan-kegiatan
yang direncanakan akan dilaksanakan di tahun 2020 harus pupus. Selama itu juga,
kegiatan offline rutin semisal pertunjukan teater dan handshake otomatis juga
tidak dapat dilaksanakan. Namun, ada beberapa “inovasi” sebagai alternatif
pengobat kerinduan dan sebagai cara lain untuk bertahan di tengah pandemi.
1. Live Theater dan Perfomance secara Streaming
Inovasi live theater yang ditayangkan secara streaming
sebenarnya bukan merupakan rencana “penyesuaian” terhadap kondisi pandemi, namun
sudah menjadi salah satu program terkait dengan JKT48 One yang sudah diumumkan
pada 2019 lalu. Penerapan sebelum pandemi pun sudah ada melalui platform RCTI+ secara terbatas.
Bahkan, pada konser Anniversary Teater dan Anniversary JKT48
serta Graduation Concert SOL/LUNA mereka juga menyelenggarakannya menggunakan
live streaming. Terlepas dari pendapat apakah pemilihan mitra RCTI+ ini tepat
atau tidak, mengingat kasus streaming SOL/LUNA yang seharusnya khusyuk sedih
menjadi marah penuh umpatan, penulis sebagai fans far merasa ini menjadi
sebuah alternatif mengingat tidak mungkinnya pelaksanaan konser secara offline
dan bersama-sama meneriakkan chant kebanggaan “OAOE” di lagu “Only
Today.”
Selain itu, penulis mengapresiasi pembelian show ataupun event lainnya yang bekerja sama dengan tiket.com. Alasannya, untuk tiket.com lebih mudah memilih dari sisi pembayaran. Metode pembayaran adalah salah satu keluhan besar bagi kebanyakan fans.
2. Handshake -> video call (via Zoom)
Apakah sesi video call ini merupakan pengganti event
handshake yang tidak bisa dilaksanakan di saat awal 2020 silam mulai
rajin-rajinnya? Bisa jadi. Sesi video call merupakan bonus dari penjualan
konten digital, yang kebanyakan adalah photobook. Tidak berbeda jauh dengan
skema handshake sebelumnya. Bahkan jika melihat riwayat pembelian di akun
keanggotaan juga masuk kategori “Music Card Handshake.”
Perbedaannya terlihat dari media dan durasi yang digunakan.
Manajemen menggunakan Zoom sebagai media video call. Setelan Zoom yang
digunakan pun benar-benar dibatasi, disesuaikan dengan kebutuhan dan peraturan
yang diberlakukan, seperti hilangnya fitur record, share screen, dan chat yang
biasa kita temui seperti saat menggunakan Zoom biasa. Selain itu, durasi video call
menjadi (sedikit) lebih panjang yakni 50 detik dibanding dengan handshake yang hanya 10 detik.
Bagi sebagian fans, kondisi seperti ini memberikan kesan “menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh”. Memang menguntungkan fans far karena dapat lebih mudah berinteraksi dengan para member, namun berbeda bagi fans yang sudah sering mengalami suasana “gesrek” saat handshake. Sesi video call ada untung dan ruginya, namun dapat diakui sebagai salah satu inovasi yang dapat mengobati kerinduan para fans.
3. Live Streaming via Showroom
Penggunaan
Showroom oleh member JKT48 diumumkan secara resmi pada perayaan ulang tahun
Teater JKT48 pada September 2020. Kemudian dilanjutkan dengan pengumuman
perilisan akun para member yang akan digunakan untuk siaran.
Bagi yang belum mengetahui, Showroom merupakan aplikasi live streaming yang berasal dari Jepang. Aplikasi ini juga sudah cukup lama dipakai oleh sister group JKT48 di Jepang. Konsep aplikasi Showroom adalah live streaming dimana idola dapat berinteraksi dengan para penggemarnya. Selain itu, penggemar juga bisa melempar gift yang bisa di-top up kepada idola yang mereka saksikan. Mirip-mirip Bigo Live menurut penulis.
4. Event OFC Online
Penulis tidak tahu pasti tentang bagaimana konsep OFC
Online, karena penulis bukan merupakan anggota OFC (dan semoga ada uang buat join).
Namun, jika melihat beberapa rekaman yang ada di internet (Mei 2020), event
kali ini menggunakan Zoom dan tetap ada sesi games. Interaksi dengan fans sepertinya
terjadi di live chat (ini yang tidak penulis ketahui, jika ada yang bisa
membantu dipersilakan).
Tidak banyak yang bisa penulis komentari mengingat penulis bukan merupakan anggota OFC dan tidak mengikuti kegiatan tersebut. Namun, inovasi seperti ini juga dapat menjadi alternatif mengingat event offline belum bisa diselenggarakan.
5. 2-shot Online (via Zoom)
Entah mengapa pihak JOT baru terpikirkan dengan konsep ini,
atau mungkin perlu waktu untuk mematangkan konsep ini. Pertama kali diterapkan
saat graduation shot Desy pada 26 Desember 2020 lalu, dan berlanjut
dengan konsep Birthday 2-Shot pada Januari.
Jika melihat dari hasil dan ulasan orang-orang yang pernah mengikuti kegiatan ini, ada yang menurut penulis perlu diperbaiki. Pertama, terkait konsep foto yang terkesan “template” sehingga berpeluang untuk diakali, meskipun juga message member juga menjadi barang eksklusif yang tidak mungkin dipalsukan. Mungkin konsep message yang ditulis langsung member bisa menjadi label keotentikan resmi terhadap foto 2-shot tersebut.
Ada beberapa hal yang akan penulis bahas terkait hal-hal di atas. Sebelumnya penulis berpendapat mengenai video call yang
dapat mendekatkan fans far, bukan berarti video call menjadi salah satu solusi
jangka panjang untuk menggaet fans baru atau fans far dalam membangun interaksi
dengan member. Project JKT48 Circus sebenarnya sudah sangat tepat dan bisa
menjadi cara baru dalam membangun kedekatan dengan fans yang berada di daerah-daerah.
Dalam hal ini, penulis beranggapan bahwa video call kurang tepat untuk dijadikan event jangka panjang. JKT48 Circus bisa dilanjutkan semisal kondisi sudah memungkinkan untuk dijalankan.
Selanjutnya terkait dengan live Showroom. Jika menengok penggunaan Showroom oleh sister group JKT48 di Jepang, menurut penulis bisa saja untuk tetap dilanjutkan sebagai salah satu cara interaksi member dengan fans. Mengingat penggunaan live Instagram juga sepertinya dilarang dan “tidak menguntungkan.”
Walaupun begitu, sebagaimana konsep bisnis dari JKT48 sendiri adalah interaksi dan kedekatan fans itu sendiri, maka sudah dipastikan kegiatan-kegiatan offline harus dilaksanakan kembali. Tidak mungkin juga kan terus-terusan ngidol online?
Ada hal yang penulis ingin soroti terkait
kegiatan teater offline. Walau jumlahnya terbatas dan hanya dapat
dipesan oleh anggota OFC, namun yang menjadi pertanyaan adalah apakah JOT
mempertimbangkan faktor-faktor terkait risiko penyebaran COVID-19? Mengingat kondisi di Jakarta sudah “gila-gilaan” saat ini dan berisiko terhadap kesehatan member dan
staf. Penerapan PPKM (PSBB, atau apapun itu sebutan dari pemerintah) yang
menutup kegiatan sosial budaya (termasuk entertainment), apakah tidak berakibat
pada penyegelan? (walaupun penulis juga tidak yakin dengan ketegasan pihak
berwenang juga).
Kondisi pandemi seperti ini memang susah menyalahkan satu
pihak saja. Masyarakat sendiri juga tidak patuh terhadap protokol kesehatan. Ngeyel
kalau diminta sekadar pakai masker atau menahan diri untuk jalan-jalan.
Pemerintah sendiri juga ketika mengeluarkan kebijakan selalu plin-plan, tidak
pernah jelas. Hari ini bicara A, besok B, lusa C, penerapannya D. Bicara angka
kesembuhan tapi lupa rumah sakit sudah kolaps.
Penulis juga berharap kepada JOT bisa memanajemen
risiko-risiko yang bisa saja terjadi di kondisi kritis dan ketidakpastian seperti
saat ini. Sudah blunder berulang kali, apa tidak mau mencoba membenahi
kembali kepercayaan fans yang sudah hancur karena restrukturisasi dan
blunder-blunder lain? Tak tahulah, penulis juga tak yakin jika tulisan ini akan
dibaca dan dibahas. Sudah biasa begitu kan?