Bagi setiap orang, mereka memiliki berbagai cara dan
aktivitas yang dipilih untuk mengalihkan perhatian pikirannya dari berbagai
kesibukan dan pusingnya urusan duniawi sejenak. Salah satu yang dicari
orang-orang adalah dengan melakukan hobi. Hobi dapat diartikan sebagai
kegemaran, sebuah kesenangan istimewa pada waktu senggang. Hobi bukan merupakan
pekerjaan utama yang dilakukan oleh manusia, namun ia dapat meningkatkan
kualitas hidup manusia, terutama jika mempunyai hobi yang bermanfaat. Manfaat
hobi bagi diri sendiri adalah untuk memperoleh keseimbangan hidup.
Berbicara tentang hobi, setiap orang memiliki cara untuk
memilih kegiatan apa yang menjadi pilihannya saat senggang. Ada yang memilih
melakukan kegiatan-kegiatan memasak, bermain sepak bola, membaca, menonton,
fotografi, berkebun, olahraga, dan masih banyak lagi. Biasanya hobi dilakukan
untuk memberikan kesenangan setelah melakukan aktivitas seharian yang rumit dan
melelahkan.
Salah satu hal yang dianggap sebagai sebuah hobi adalah
idoling, terlepas apakah ia dapat didefinisikan sebagai hobi atau tidak. Sebuah
konsep yang dilihat masih cukup tabu dibicarakan di Indonesia. Konsep idol ala
Jepang yang diadaptasi oleh grup idola JKT48. Bagi penulis memang kebiasaan ini
di mata awam terlihat aneh jika disesuaikan dengan budaya di tanah air,
bagaimana bisa ada seseorang bisa rela mengorbankan waktu, tenaga, dan materi
untuk mendukung idolanya yang bahkan tidak kenal fansnya secara personal. Apalagi
jika oshi mengumumkan graduate, perasaan bisa campur aduk dan
bahkan jatuh sakit karena terbawa beban pikiran.
Bagaimana penulis melihat idoling ini? Pertanyaan ini sering
ditanyakan terutama saat penulis memilih nyemplung lagi di fandom ini
setelah hampir 4 tahun vakum dan hanya menjadi pendengar lagu-lagunya tanpa
mengikuti kabar perkembangan grup (kecuali saat Shani menjadi center pertama
kali, Jiro-san berpulang, dan Melody graduate). Dan apa alasan penulis untuk
kembali menikmati “bisnis afeksi semu” ini? Satu kalimat yang dapat mewakili jawaban
penulis:
“Escape for an Experience”
Pada dasarnya, alasan penulis untuk kembali dan bertahan
untuk ngidol di tengah kondisi pandemi yang tidak terlalu memungkinkan
untuk bergerak leluasa adalah dua kata di kalimat tersebut,
“Escape” dan “Experience”
a. Escape
Di saat kehidupan peralihan remaja ke dewasa mulai semakin
ruwet, ditambah dengan kondisi pandemi yang masih belum pasti, tentu saja membuat
penulis jenuh dan ingin mendapatkan semacam pelarian dari kesibukan perkuliahan
dan hal-hal lainnya.
Sebenarnya, jika hanya sebatas mendengarkan lagu saja
penulis sudah melakukannya bahkan di saat vakum mengikuti perkembangan grup
idola tersebut. Namun dinamika di idol group ini, mulai dari member, fans, dan
bahkan manajemennya, menarik perhatian penulis untuk kembali mencari kenyamanan
dalam kegiatan sampingan ini. Bahkan tubir-tubir fandom yang sering kali tidak
penting malah menjadi dinamika baru bagi penulis yang suka mengamati keributan
dunia maya. Apakah karena hidup yang terlalu datar atau terlalu kurang pergaulan sampai-sampai dunia pertubiran jadi menarik?
Faktor afeksi semu yang ditawarkan sebagai konsep bisnis
idol ala Jepang juga menjadi alasan menjadikannya pelarian setelah mengalami
patah hati hebat (alasan ini pernah diungkapkan di artikel perdana #KembaliNgidol).
Mmm.... grup musik tanah air mana lagi yang menawarkan delusi sebagai bahan
jualannya?
Soal lirik lagu, dari awal yang penulis sukai dari lagu-lagu
yang ditulis Aki-P (termasuk yang diterjemahkan dan dibawakan oleh JKT48) adalah
makna liriknya yang tidak bisa dicerna sekali-dua kali dan sering kali relate
dengan apa yang terjadi di kehidupan dan sekitar itu. Penulis sebenarnya
terbuka dengan berbagai macam genre lagu (kecuali genre rock metal) meskipun bertipikal
sebagai pendengar yang berhati-hati soal lirik lagu (beberapa lagu JKT48 bahkan
sudah masuk blacklist lagu haram secara pribadi).
b. Experience
Dulu, penulis semasa mengikuti JKT48 di 2013-2016 hanya
sebatas sebagai fans far dan bocah. Pengalaman terbaik yang pernah didapat hanyalah
menonton konser langsung di Semarang (lupa antara tahun 2015-2016), sisanya
adalah mengamati dari layar kaca dan media sosial (saat itu bermain Twitter dan
Google+). Di awal tahun 2020, kesempatan itu terlihat datang meskipun akhirnya
korona menghantam dan meluluhlantakkan rencana pertama, menonton langsung
teater dengan modal first experience dari seorang teman kampus.
Suasana JKT48 juga sudah berbeda dengan dulu, meskipun ini
adalah pandangan subyektif tapi cukup memengaruhi penulis. Jika dulu meng-oshi-kan
member yang secara umur lebih tua, sekarang meng-oshi-kan dedek-dedek.
Agak aneh bagi penulis jika gesrek ke dedek-dedek ini, apalagi teringat dengan
adik penulis sendiri yang seumuran dengan member-member ini (sepertinya aturan
ini tidak berlaku jika melihat damage Ashel dan Freya. Hahaha).
Dengan kondisi pandemi yang tidak memungkinkan untuk
melakukan kegiatan yang berkerumun, JKT48 Operation Team (JOT) sebagai
manajemen yang mengelola grup ini melakukan berbagai macam inovasi untuk menikmati
“barang jualan”-nya secara daring. Mulai dari streaming show teater, video
call sebagai pengganti handshake, live streaming dengan platform
Showroom, sampai 2shot bisa dilakukan dengan modal aplikasi Zoom.
Penulis tidak berharap banyak pada event-event offline.
Untuk konser, penulis telah memasrahkan kepada konser Semarang sebagai alasan
tidak lagi mengharapkan untuk menyaksikan pertunjukan langsung JKT48. Kemudian
soal handshake dan 2shot yang bisa berjumpa langsung, dengan
kondisi tidak pasti seperti ini penulis hanya mengedepankan soal experience interaksi
fans dan member saja. Pengalaman video call sudah cukup untuk merasakan bagaimana
bisa mengobrol dan gesrek di depan member meskipun tidak secara langsung. Penulis
tidak bisa membayangkan bagaimana gesreknya saat event handshake yang
bersentuhan tangan dan bertatapan secara langsung. Membayangkan saja sampai
gemetaran. Begitu juga dengan 2shot, cukuplah jika hanya sebatas 2shot
online.
Impian terakhir yang masih diperjuangkan adalah menyaksikan
langsung show di teater. Mungkin secara suasana akan berbeda mengingat
penonton kali ini sangat terbatas hanya 40 orang dan tanpa hi-touch. Meskipun
begitu, datang ke tempat sakral bagi fans ini adalah sebuah reward tersendiri.
Semoga tahun ini mimpi menyaksikan teater dapat terwujud apapun setlist yang
didapat nanti (mau RKJ, SG, ataupun SNM, yang penting Freya dan Ci Shani satu show hehe). Prinsip penulis soal experience di idoling JKT48 adalah
“yang penting pernah”, tidak mencari hal lain untuk kondisi seperti saat
ini.
Jika ditanya soal uang, penulis memang bukan bagian dari mahasiswa
yang uang sakunya masih rutin di tengah pandemi seperti ini. Bahkan, mendapat
uang juga kalau semisal ada urusan keluar yang momennya sangat-sangat jarang. Untuk
memenuhi hasrat ngidol pun, penulis sering mengambil project-project
simpel yang biasanya cukup untuk satu tiket VC atau 3 kali menonton streaming
show. Bukankah aneh jika masih menadah tangan ke orang tua hanya untuk sebuah experience yang entah apa gunanya untuk masa depan (menurut sebagian orang)? Selain itu, penulis sendiri tidak pernah spending money di Showroom karena lebih menikmati Showroom member seperti mendengarkan radio.
Ilustrasi : Nugas sambil nonton Showroom |
Selain itu, penulis sangat kagum pada kekompakan fanbase saat membuat project demi oshi. Harapan selain pengalaman idoling yang menyenangkan adalah memperluas jaringan pertemanan yang satu frekuensi, mengingat penulis sendiri memang sangat jarang memiliki teman apalagi satu frekuensi dalam hal kesukaan. Kembali lagi, berbicara soal experience namun lebih kepada bagaimana memiliki teman yang memiliki satu minat yang sama serta bagaimana bisa terlibat dalam fanbase untuk kompak memberikan sesuatu untuk oshi.
Pernah terpikir juga oleh penulis, apakah setelah misi “nonton langsung di teater” terwujud kemudian penulis meninggalkan fandom ini? Belum ada jawaban pasti dari penulis, mengingat hampir setahun lebih berkelana tanpa oshi, sekalinya berjumpa malah graduate dan ditinggal nikah, pada akhirnya sekarang menautkan tambatan hati dengan oshihen ke dedek gemas pemilik senyum karamel. Bisa jadi kegiatan ini akan terus berlangsung sampai masanya tiba. Biar waktu yang menjawab.