Minggu, 04 April 2021

Escape for an Experience – Menjawab Pertanyaan Kenapa #KembaliNgidol

Bagi setiap orang, mereka memiliki berbagai cara dan aktivitas yang dipilih untuk mengalihkan perhatian pikirannya dari berbagai kesibukan dan pusingnya urusan duniawi sejenak. Salah satu yang dicari orang-orang adalah dengan melakukan hobi. Hobi dapat diartikan sebagai kegemaran, sebuah kesenangan istimewa pada waktu senggang. Hobi bukan merupakan pekerjaan utama yang dilakukan oleh manusia, namun ia dapat meningkatkan kualitas hidup manusia, terutama jika mempunyai hobi yang bermanfaat. Manfaat hobi bagi diri sendiri adalah untuk memperoleh keseimbangan hidup.

Berbicara tentang hobi, setiap orang memiliki cara untuk memilih kegiatan apa yang menjadi pilihannya saat senggang. Ada yang memilih melakukan kegiatan-kegiatan memasak, bermain sepak bola, membaca, menonton, fotografi, berkebun, olahraga, dan masih banyak lagi. Biasanya hobi dilakukan untuk memberikan kesenangan setelah melakukan aktivitas seharian yang rumit dan melelahkan.

Salah satu hal yang dianggap sebagai sebuah hobi adalah idoling, terlepas apakah ia dapat didefinisikan sebagai hobi atau tidak. Sebuah konsep yang dilihat masih cukup tabu dibicarakan di Indonesia. Konsep idol ala Jepang yang diadaptasi oleh grup idola JKT48. Bagi penulis memang kebiasaan ini di mata awam terlihat aneh jika disesuaikan dengan budaya di tanah air, bagaimana bisa ada seseorang bisa rela mengorbankan waktu, tenaga, dan materi untuk mendukung idolanya yang bahkan tidak kenal fansnya secara personal. Apalagi jika oshi mengumumkan graduate, perasaan bisa campur aduk dan bahkan jatuh sakit karena terbawa beban pikiran.

Bagaimana penulis melihat idoling ini? Pertanyaan ini sering ditanyakan terutama saat penulis memilih nyemplung lagi di fandom ini setelah hampir 4 tahun vakum dan hanya menjadi pendengar lagu-lagunya tanpa mengikuti kabar perkembangan grup (kecuali saat Shani menjadi center pertama kali, Jiro-san berpulang, dan Melody graduate). Dan apa alasan penulis untuk kembali menikmati “bisnis afeksi semu” ini? Satu kalimat yang dapat mewakili jawaban penulis:

“Escape for an Experience”

Pada dasarnya, alasan penulis untuk kembali dan bertahan untuk ngidol di tengah kondisi pandemi yang tidak terlalu memungkinkan untuk bergerak leluasa adalah dua kata di kalimat tersebut, “Escape” dan “Experience”

a. Escape

Di saat kehidupan peralihan remaja ke dewasa mulai semakin ruwet, ditambah dengan kondisi pandemi yang masih belum pasti, tentu saja membuat penulis jenuh dan ingin mendapatkan semacam pelarian dari kesibukan perkuliahan dan hal-hal lainnya.

Sebenarnya, jika hanya sebatas mendengarkan lagu saja penulis sudah melakukannya bahkan di saat vakum mengikuti perkembangan grup idola tersebut. Namun dinamika di idol group ini, mulai dari member, fans, dan bahkan manajemennya, menarik perhatian penulis untuk kembali mencari kenyamanan dalam kegiatan sampingan ini. Bahkan tubir-tubir fandom yang sering kali tidak penting malah menjadi dinamika baru bagi penulis yang suka mengamati keributan dunia maya. Apakah karena hidup yang terlalu datar atau terlalu kurang pergaulan sampai-sampai dunia pertubiran jadi menarik?

Faktor afeksi semu yang ditawarkan sebagai konsep bisnis idol ala Jepang juga menjadi alasan menjadikannya pelarian setelah mengalami patah hati hebat (alasan ini pernah diungkapkan di artikel perdana #KembaliNgidol). Mmm.... grup musik tanah air mana lagi yang menawarkan delusi sebagai bahan jualannya?

Soal lirik lagu, dari awal yang penulis sukai dari lagu-lagu yang ditulis Aki-P (termasuk yang diterjemahkan dan dibawakan oleh JKT48) adalah makna liriknya yang tidak bisa dicerna sekali-dua kali dan sering kali relate dengan apa yang terjadi di kehidupan dan sekitar itu. Penulis sebenarnya terbuka dengan berbagai macam genre lagu (kecuali genre rock metal) meskipun bertipikal sebagai pendengar yang berhati-hati soal lirik lagu (beberapa lagu JKT48 bahkan sudah masuk blacklist lagu haram secara pribadi).

b. Experience

Dulu, penulis semasa mengikuti JKT48 di 2013-2016 hanya sebatas sebagai fans far dan bocah. Pengalaman terbaik yang pernah didapat hanyalah menonton konser langsung di Semarang (lupa antara tahun 2015-2016), sisanya adalah mengamati dari layar kaca dan media sosial (saat itu bermain Twitter dan Google+). Di awal tahun 2020, kesempatan itu terlihat datang meskipun akhirnya korona menghantam dan meluluhlantakkan rencana pertama, menonton langsung teater dengan modal first experience dari seorang teman kampus.

Suasana JKT48 juga sudah berbeda dengan dulu, meskipun ini adalah pandangan subyektif tapi cukup memengaruhi penulis. Jika dulu meng-oshi­-kan member yang secara umur lebih tua, sekarang meng-oshi-kan dedek-dedek. Agak aneh bagi penulis jika gesrek ke dedek-dedek ini, apalagi teringat dengan adik penulis sendiri yang seumuran dengan member-member ini (sepertinya aturan ini tidak berlaku jika melihat damage Ashel dan Freya. Hahaha).

Dengan kondisi pandemi yang tidak memungkinkan untuk melakukan kegiatan yang berkerumun, JKT48 Operation Team (JOT) sebagai manajemen yang mengelola grup ini melakukan berbagai macam inovasi untuk menikmati “barang jualan”-nya secara daring. Mulai dari streaming show teater, video call sebagai pengganti handshake, live streaming dengan platform Showroom, sampai 2shot bisa dilakukan dengan modal aplikasi Zoom.

Penulis tidak berharap banyak pada event-event offline. Untuk konser, penulis telah memasrahkan kepada konser Semarang sebagai alasan tidak lagi mengharapkan untuk menyaksikan pertunjukan langsung JKT48. Kemudian soal handshake dan 2shot yang bisa berjumpa langsung, dengan kondisi tidak pasti seperti ini penulis hanya mengedepankan soal experience interaksi fans dan member saja. Pengalaman video call sudah cukup untuk merasakan bagaimana bisa mengobrol dan gesrek di depan member meskipun tidak secara langsung. Penulis tidak bisa membayangkan bagaimana gesreknya saat event handshake yang bersentuhan tangan dan bertatapan secara langsung. Membayangkan saja sampai gemetaran. Begitu juga dengan 2shot, cukuplah jika hanya sebatas 2shot online.

Impian terakhir yang masih diperjuangkan adalah menyaksikan langsung show di teater. Mungkin secara suasana akan berbeda mengingat penonton kali ini sangat terbatas hanya 40 orang dan tanpa hi-touch. Meskipun begitu, datang ke tempat sakral bagi fans ini adalah sebuah reward tersendiri. Semoga tahun ini mimpi menyaksikan teater dapat terwujud apapun setlist yang didapat nanti (mau RKJ, SG, ataupun SNM, yang penting Freya dan Ci Shani satu show hehe). Prinsip penulis soal experience di idoling JKT48 adalah “yang penting pernah”, tidak mencari hal lain untuk kondisi seperti saat ini.

Jika ditanya soal uang, penulis memang bukan bagian dari mahasiswa yang uang sakunya masih rutin di tengah pandemi seperti ini. Bahkan, mendapat uang juga kalau semisal ada urusan keluar yang momennya sangat-sangat jarang. Untuk memenuhi hasrat ngidol pun, penulis sering mengambil project-project simpel yang biasanya cukup untuk satu tiket VC atau 3 kali menonton streaming show. Bukankah aneh jika masih menadah tangan ke orang tua hanya untuk sebuah experience yang entah apa gunanya untuk masa depan (menurut sebagian orang)? Selain itu, penulis sendiri tidak pernah spending money di Showroom karena lebih menikmati Showroom member seperti mendengarkan radio.

Ilustrasi : Nugas sambil nonton Showroom

Selain itu, penulis sangat kagum pada kekompakan fanbase saat membuat project demi oshi. Harapan selain pengalaman idoling yang menyenangkan adalah memperluas jaringan pertemanan yang satu frekuensi, mengingat penulis sendiri memang sangat jarang memiliki teman apalagi satu frekuensi dalam hal kesukaan. Kembali lagi, berbicara soal experience namun lebih kepada bagaimana memiliki teman yang memiliki satu minat yang sama serta bagaimana bisa terlibat dalam fanbase untuk kompak memberikan sesuatu untuk oshi.

Pernah terpikir juga oleh penulis, apakah setelah misi “nonton langsung di teater” terwujud kemudian penulis meninggalkan fandom ini? Belum ada jawaban pasti dari penulis, mengingat hampir setahun lebih berkelana tanpa oshi, sekalinya berjumpa malah graduate dan ditinggal nikah, pada akhirnya sekarang menautkan tambatan hati dengan oshihen ke dedek gemas pemilik senyum karamel. Bisa jadi kegiatan ini akan terus berlangsung sampai masanya tiba. Biar waktu yang menjawab.

Sabtu, 23 Januari 2021

Opini Tentang Lagu JKT48 yang Unik (Bagian 1)

Salah satu alasan penulis jatuh cinta dengan grup idola satu ini adalah lagu-lagunya yang unik. Penulis bukan merupakan penikmat musik yang pilih-pilih, asal bukan bergenre Heavy Metal masih bisa diterima, termasuk genre pop Jepang atau lazim disebut sebagai J-Pop. Sebagai orang yang memiliki lingkaran pertemanan yang cukup banyak menyukai Jejepangan (atau masyarakat melabelinya sebagai Wibu), genre lagu-lagu Jepang yang kebanyakan memiliki beat ceria sudah tidak asing di telinga.

Selain itu, ketika pertama kali mendengar lagu-lagu JKT48 di awal kemunculannya (rentang 2012-2013) kebanyakan lirik yang digunakan terdengar aneh, mengingat mereka masih menerjemahkan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh sister group 48 di Jepang seperti AKB48 dan SKE48. Namun, penulis melihat saat ini penerjemahan lagu juga sudah cukup baik meskipun ada perbedaan budaya yang memang agak menyulitkan proses penerjemahan yang tidak hanya sekedar menerjemahkan kata demi kata.

Dengan adanya lagu yang dirilis melalui bentuk single EP, Album, dan Setlist Teater menjadikan variasi lagu yang dibawakan JKT48 cukup banyak. Lagu perdana yang dibawakan yaitu Heavy Rotation bercerita seseorang yang sedang jatuh cinta, ada lagu yang berkisah tentang cinta tak berbalas semacam Gingham Check sampai lagu nakal merayu Pak Guru di Teacher Teacher (penulis akan bahas di bagian ke-2, spoiler). Selain itu, ada juga lagu motivasi senja-senji di Apakah Kau Melihat Mentari Senja?, seorang perempuan yang insecure pada Fortune Cookie yang Mencinta, hingga belajar nama-nama binatang di Kebun Binatang Saat Hujan.

Keajaiban lagu-lagu JKT48 juga terlihat di lagu-lagu setlist teaternya. Mindernya seorang anak SMA yang menyukai murid yang juara 3 UN (lagu Arah Sang Cinta dan Balasannya – Setlist Te wo Tsuginagara) sampai imajinasi menjadi seorang anak anjing agar disayang cowok yang disuka (lagu Schoolyard Puppy – Setlist Ramune no Nomikata). Belum lagi di setlist Idol no Yoake/Ratu Para Idola, juga ada lagu yang penulis perhatikan memiliki lirik yang menganalogikan kelakuan pemerintah dan warga +62 (salah satu lagu favorit penulis adalah satir/sarkasme terhadap pejabat, hehe).

(Bersama-Sama Semuanya, Berandalan di Surga, Setlist Idol no Yoake)
Masalah krismon sedang melanda
Indonesia lagi susah
Setidaknya sekarang
Ayo kita happy
(Hey! Hey Hey!)
Apa karena ulah pejabat?
Masa depan yang suram
Tapi anak mudanya
Yuk kita hidup santai saja

Percumalah gue hidup serius
Negeri ini gak bakal berubah
Tapi hidup malas-malasan
Setelahnya akan menyerah juga
Ah... Gue pinter kan?

Ada beberapa tema yang penulis pilih dalam membahas mengapa lagu-lagu JKT48 memiliki keunikannya sendiri, secara garis besar akan dibagi menjadi empat. Bagian kelima akan dibahas mengenai lagu yang spesifik menurut penulis bisa jadi kontroversial. Di sini penulis tidak akan menjabarkan setiap lagu secara keseluruhan, namun hanya pada bagian tertentu agar tidak terlalu panjang.

        1. Mengapa banyak lagu JKT48 bertema perpisahan digambarkan dengan pohon sakura?

Beberapa teman penulis pernah mempertanyakan mengapa lagu-lagu JKT48 yang bertema perpisahan kebanyakan menggunakan judul Bunga Sakura. Sebagaimana yang diketahui, Bung Sakura sendiri tumbuh di negara Jepang. Sebenarnya ada filosofi mengapa kebanyakan lagu-lagu bertema perpisahan JKT48 menggunakan bunga Sakura sebagai analoginya, yaitu mekarnya bunga melambangkan pertemuan, dan gugurnya melambangkan perpisahan.

Beberapa lagu JKT48 yang menggunakan judul bunga Sakura (dalam bahasa Jepang) adalah : Boku no Sakura, Sakura no Shiori, Sakura no Hanabiratachi, Sakura Minna De Tabeta, Sakurairo no Sora no Shita De, dan Sakura no Kini Narou. Silakan dengarkan sendiri lagunya.

(Sakura no Hanabiratachi - Kelopak-Kelopak Bunga Sakura, Gingham Check)

Di saat kelopak bunga sakura bermekaran
Di suatu tempat lonceng harapan mulai bergema
Memberikan kebebasan dan keberanian
Hari esok pada kita

Di saat kelopak bunga sakura bermekaran
Di suatu tempat seseorang pasti sedang berdoa
Pintu menuju ke dunia yang baru
Haruslah kau buka dengan tangan sendiri

        2. Lagu Ambyar dengan Nada Ceria

Penulis pernah sempat keheranan ketika menyadari lagu Futari Nori no Jitensha adalah lagu yang bercerita tentang cinta tak terbalas dan mirip dengan yang dialami penulis saat itu (kok malah curhat. Tapi sudah lama kok, berbarengan sama setlist Pajama Drive pertama kali dibawakan). Bisa-bisanya lagu ambyar dibawakan dengan nada ceria. Seperti menunjukkan bahwa kesedihan itu tak perlu diperlihatkan secara langsung. Kadang pembawaan ceria bisa menunjukkan bahwa kita sedang bersedih, sedangkan pendengarnya yang larut dalam irama keceriaan orang tersebut tidak menyadari bahwa ia sedang menyanyikan luka-lukanya. Aduh, filosofis sekali.

Model lagu-lagu seperti ini sepertinya sudah jamak tidak hanya di lagu-lagu 48 Group, namun juga lagu J-Pop secara general. Penulis juga pernah menemui beberapa lagu anime yang memiliki ciri khas yang kurang lebih sama. Liriknya liris namun irama lagunya seperti lagu ceria.

(Futari Nori no Jitensha - Bersepeda Berdua, Setlist Pajama Drive)

Ah, mungkin bagi dirimu
Hanya teman sekelas saja
Yang jalan pulangnya searah
Keberadaan yang seperti angin
Ah, yang selalu bercanda
Padahal kita s'lalu saling bicara
Mengapa hari ini
Cinta tak abadi yang berputar jauh

Selain tentang cinta tak terbalas, ada juga lagu yang bercerita tentang pertemuan terakhir dengan dia yang sudah jadi pacar temannya. Bagi beberapa orang, lagu Only Today bercerita tentang seorang pelakor, namun bagi penulis lagu ini hanya bercerita seseorang yang ingin merasakan pertemuan terakhir meski ia menyadari bahwa orang yang dia suka telah menjadi pacar temannya. Hanya ingin bertemu untuk terakhir kalinya, ini perlu digarisbawahi.

(Only Today, Mahagita 2nd Album)

Walau ku tau sekarang
Kamu pacarnya dia
Maafkan aku telah
Mengajak kamu ke sini

Kamu cukup menemani saja
Di sampingku menjadi orang terdekat
Sama seperti dahulu tanpa berubah
Untuk terakhir kalinya
Ikutilah cintaku yang konyol ini
Sampai mentari terbenam nanti

Atau seperti yang sudah saya singgung sebelumnya tentang cinta seorang remaja perempuan kepada murid yang sangat pandai, diceritakan bahwa si cowok ini merupakan juara tiga UN dan sebagai anak IPS yang tidak memahami Kalkulus. Jadi teringat kisah cinta seseorang (nah kan, curhat colongan lagi...)

(Koi No Keikou To Taisaku - Arah Sang Cinta Dan Balasannya, Setlist Te Wo Tsunaginagara)

Arah sang cinta dan balasannya tolong ajarkanlah
Apakah referensi yang lebih baik?
Karena ku anak IPS aku pun tidak tahu
Selalu saja punya prasangka buruk
Padahal kupikir aku tidak bisa

Saat kubertanya pada teman-teman
Semua bilang bohong kan dan tertawa
Pasti saat sedang kencan sekalipun
Memecahkan soal kalkulusnya juga
  

        3. Analogi sebuah Benda dengan Perjalanan Hidup 

Sebuah benda kadang bisa memiliki penerjemahan sendiri bagi seseorang, atau memiliki filosofi yang dapat diresapi sebagai pembelajaran hidup untuk manusia. Ya, sebuah benda bisa dianalogikan sebagai bagian dari sebuah perjalanan hidup. Dalam lagu-lagu 48 Group, kadang hal remeh-temeh semacam naik kereta (bukan kereta malamnya Umi Elvi) atau bahkan minum ramune bisa memiliki makna yang cukup dalam.

Contoh lagu Otona Ressha atau Kereta Kedewasaan, yang berkisah mengenai seseorang yang telah menginjak dewasa akan mengalami fase dimana dia akan berpisah dengan banyak hal yang menyenangkan, termasuk teman, dan mempertanyakan pada diri sendiri apakah ia mampu untuk menghadapi semuanya.

(Otona Ressha - Kereta Kedewasaan, Joy! Kick! Tears! 4th Album)

Kereta kedewasaan tak sempat kunaiki lagi
Melihatnya berlalu
Kurasakan sakit dalam hati
Ajari aku sesuatu
Rasa sedih bila kita berpisah dan
Gelapnya p'rasaan putus asa
Ingin hapus segala rasa itu
Agar ku bisa menemukan cahaya

River, bermakna tentang sebuah perjalanan dengan analogi sungai yang mengalir deras. Mengajarkan optimisme untuk selalu maju mengejar mimpi (yang dianalogikan sebagai seberang sungai) meskipun rintangan dan risiko selalu ada di depan mata.

(River, Mahagita 2nd Album)

Tepat di depan matamu
Ada sungai mengalir
Luas, sebuah sungai yang besar
Walaupun gelap dan dalam
Walaupun arusnya deras
Tidak perlu ketakutan
Walaupun kau terpisah
Ya, tepian pasti ada
Lebih percayalah pada dirimu

Pesawat Kertas 365 Hari, tentang pesawat kertas setiap orang yang memiliki kemampuan berbeda. Ada yang dapat terbang jauh, ada juga yang hanya dekat. Kemampuan pesawat kertas tidak dapat dibandingkan hanya dari jarak tempuhnya, tapi tentang bagaimana dan apa yang dilalui, semisal kondisi angin, aerodinamika lipatan kertas, dan lain sebagainya.

(365 Nichi No Kamihikouki - Pesawat Kertas 365 Hari, Mahagita 2nd Album)

Hidup bagaikan pesawat kertas
Terbang dan pergi membawa impian
Sekuat tenaga dengan hembusan angin
Terus melaju terbang
Jangan bandingkan jarak terbangnya
Tapi bagaimana dan apa yang dilalui
Karena itulah satu hal yang penting
S'lalu sesuai kata hati
Sanbyaku rokujugo nichi

        4. Lirik Lagu JKT48 yang bisa ditafsirkan “Berbahaya”

Sampai mana pun dirimu kucintai
Sampai kapan pun dirimu dicintai
Saling mempercayai keabadian
Dosanya pertemuan kita

Kumohon maafkanlah cinta kita ini
yang tak terkabul
Sembunyikan dalam hati
Kumohon kepada takdir yang kejam ini
berserah diri
Kita berdua yang terlarang

Ada beberapa orang yang menafsirkan bahwa lagu Kinjirareta Futari menceritakan tentang cinta terlarang yang dilakukan pasangan sesama jenis. Koreografi yang dilakukan oleh dua orang member perempuan makin memperkuat argumentasi tersebut. Hal ini pernah penulis baca ketika tidak sengaja menemukan artikel yang membahas persoalan ini di Kompasiana saat masih ada setlist Seishun Girls (aduh, ketahuan saya ngikutin ini dari tahun berapa)

Meskipun begitu, setelah membaca cara pandang lainnya, ada yang menerjemahkan lagu ini sebagai cinta terlarang yang bisa diterjemahkan secara subjektif. Misalnya cinta beda budaya, beda agama, dan lain sebagainya. Masalah koreografi yang dilakukan oleh dua orang perempuan, apakah itu benar-benar mempresentasikan hubungan ilegal yang dimaksud? Tidak mungkin juga kan menggunakan back dancer laki-laki.

Dari sekian banyak lagu-lagu JKT48 yang dapat diterjemahkan dengan perspektif yang berbeda-beda, kurang pantas jika terlalu berlebihan menanggapi soal makna lagu tersebut. Konsep lagu seperti ini memang lebih baiknya dimaknai secara sendiri-sendiri dengan perspektifnya, tidak masalah jika bisa didiskusikan soal ini. Selain itu, perbedaan pemaknaan lagu juga bisa memberikan kekayaan pandangan. Tinggal menikmati saja perbedaan tafsir lagu-lagunya.

Perbedaan budaya Jepang dan Indonesia juga menjadi sedikit ganjalan terkait dengan lagu-lagu terjemahan Jepang yang dinyanyikan oleh JKT48. Menurut penulis, ada beberapa lagu yang jika dibawa ke tanah air akan menimbulkan kontroversi, sebagaimana yang akan kita bahas di bagian 2 nanti. Entah bagaimana cara manajemen memilih lagu dari sister group yang akan dibawakan, tapi mungkin faktor norma dan budaya bisa dipertimbangkan (kalau ini dibaca ya...).