Salah satu alasan penulis jatuh cinta dengan grup idola satu ini adalah lagu-lagunya yang unik. Penulis bukan merupakan penikmat musik yang pilih-pilih, asal bukan bergenre Heavy Metal masih bisa diterima, termasuk genre pop Jepang atau lazim disebut sebagai J-Pop. Sebagai orang yang memiliki lingkaran pertemanan yang cukup banyak menyukai Jejepangan (atau masyarakat melabelinya sebagai Wibu), genre lagu-lagu Jepang yang kebanyakan memiliki beat ceria sudah tidak asing di telinga.
Selain itu, ketika pertama kali mendengar lagu-lagu JKT48 di awal kemunculannya (rentang 2012-2013) kebanyakan lirik yang digunakan terdengar aneh, mengingat mereka masih menerjemahkan lagu-lagu yang dinyanyikan oleh sister group 48 di Jepang seperti AKB48 dan SKE48. Namun, penulis melihat saat ini penerjemahan lagu juga sudah cukup baik meskipun ada perbedaan budaya yang memang agak menyulitkan proses penerjemahan yang tidak hanya sekedar menerjemahkan kata demi kata.
Dengan adanya lagu yang dirilis melalui bentuk single EP,
Album, dan Setlist Teater menjadikan variasi lagu yang dibawakan JKT48 cukup
banyak. Lagu perdana yang dibawakan yaitu Heavy Rotation bercerita seseorang
yang sedang jatuh cinta, ada lagu yang berkisah tentang cinta tak berbalas
semacam Gingham Check sampai lagu nakal merayu Pak Guru di Teacher Teacher
(penulis akan bahas di bagian ke-2, spoiler). Selain itu, ada juga lagu
motivasi senja-senji di Apakah Kau Melihat Mentari Senja?, seorang
perempuan yang insecure pada Fortune Cookie yang Mencinta, hingga
belajar nama-nama binatang di Kebun Binatang Saat Hujan.
Keajaiban lagu-lagu JKT48 juga terlihat di lagu-lagu setlist
teaternya. Mindernya seorang anak SMA yang menyukai murid yang juara 3 UN (lagu
Arah Sang Cinta dan Balasannya – Setlist Te wo Tsuginagara) sampai
imajinasi menjadi seorang anak anjing agar disayang cowok yang disuka (lagu Schoolyard
Puppy – Setlist Ramune no Nomikata). Belum lagi di setlist Idol no
Yoake/Ratu Para Idola, juga ada lagu yang penulis perhatikan memiliki lirik
yang menganalogikan kelakuan pemerintah dan warga +62 (salah satu lagu favorit
penulis adalah satir/sarkasme terhadap pejabat, hehe).
Masalah krismon sedang melanda
Indonesia lagi susah
Setidaknya sekarang
Ayo kita happy
(Hey! Hey Hey!)
Apa karena ulah pejabat?
Masa depan yang suram
Tapi anak mudanya
Yuk kita hidup santai saja
Percumalah gue hidup serius
Negeri ini gak bakal berubah
Tapi hidup malas-malasan
Setelahnya akan menyerah juga
Ah... Gue pinter kan?
Ada beberapa tema yang penulis pilih dalam membahas mengapa lagu-lagu JKT48 memiliki keunikannya sendiri, secara garis besar akan dibagi menjadi empat. Bagian kelima akan dibahas mengenai lagu yang spesifik menurut penulis bisa jadi kontroversial. Di sini penulis tidak akan menjabarkan setiap lagu secara keseluruhan, namun hanya pada bagian tertentu agar tidak terlalu panjang.
1. Mengapa banyak lagu JKT48 bertema perpisahan digambarkan dengan pohon sakura?
Beberapa
teman penulis pernah mempertanyakan mengapa lagu-lagu JKT48 yang bertema
perpisahan kebanyakan menggunakan judul Bunga Sakura. Sebagaimana yang
diketahui, Bung Sakura sendiri tumbuh di negara Jepang. Sebenarnya ada filosofi
mengapa kebanyakan lagu-lagu bertema perpisahan JKT48 menggunakan bunga Sakura
sebagai analoginya, yaitu mekarnya bunga melambangkan pertemuan, dan gugurnya melambangkan
perpisahan.
Beberapa lagu JKT48 yang menggunakan judul bunga Sakura (dalam bahasa Jepang) adalah
: Boku no Sakura, Sakura no Shiori, Sakura no Hanabiratachi, Sakura Minna De
Tabeta, Sakurairo no Sora no Shita De, dan Sakura no Kini Narou. Silakan
dengarkan sendiri lagunya.
(Sakura no Hanabiratachi - Kelopak-Kelopak Bunga Sakura, Gingham Check)
Di saat kelopak bunga sakura bermekaran
Di suatu tempat lonceng harapan mulai bergema
Memberikan kebebasan dan keberanian
Hari esok pada kitaDi saat kelopak bunga sakura bermekaran
Di suatu tempat seseorang pasti sedang berdoa
Pintu menuju ke dunia yang baru
Haruslah kau buka dengan tangan sendiri
2. Lagu Ambyar dengan Nada Ceria
Penulis
pernah sempat keheranan ketika menyadari lagu Futari Nori no Jitensha adalah
lagu yang bercerita tentang cinta tak terbalas dan mirip dengan yang dialami
penulis saat itu (kok malah curhat. Tapi sudah lama kok, berbarengan sama
setlist Pajama Drive pertama kali dibawakan). Bisa-bisanya lagu ambyar
dibawakan dengan nada ceria. Seperti menunjukkan bahwa kesedihan itu tak perlu
diperlihatkan secara langsung. Kadang pembawaan ceria bisa menunjukkan bahwa
kita sedang bersedih, sedangkan pendengarnya yang larut dalam irama keceriaan
orang tersebut tidak menyadari bahwa ia sedang menyanyikan luka-lukanya. Aduh,
filosofis sekali.
Model lagu-lagu seperti ini sepertinya sudah jamak tidak
hanya di lagu-lagu 48 Group, namun juga lagu J-Pop secara general. Penulis juga
pernah menemui beberapa lagu anime yang memiliki ciri khas yang kurang lebih
sama. Liriknya liris namun irama lagunya seperti lagu ceria.
(Futari Nori no Jitensha - Bersepeda Berdua, Setlist Pajama Drive)
Ah, mungkin bagi dirimu
Hanya teman sekelas saja
Yang jalan pulangnya searah
Keberadaan yang seperti angin
Ah, yang selalu bercanda
Padahal kita s'lalu saling bicara
Mengapa hari ini
Cinta tak abadi yang berputar jauh
Selain tentang cinta tak terbalas, ada juga lagu yang
bercerita tentang pertemuan terakhir dengan dia yang sudah jadi pacar temannya.
Bagi beberapa orang, lagu Only Today bercerita tentang seorang pelakor,
namun bagi penulis lagu ini hanya bercerita seseorang yang ingin merasakan
pertemuan terakhir meski ia menyadari bahwa orang yang dia suka telah menjadi
pacar temannya. Hanya ingin bertemu untuk terakhir kalinya, ini perlu
digarisbawahi.
(Only Today, Mahagita 2nd Album)
Walau ku tau sekarang
Kamu pacarnya dia
Maafkan aku telah
Mengajak kamu ke siniKamu cukup menemani saja
Di sampingku menjadi orang terdekat
Sama seperti dahulu tanpa berubah
Untuk terakhir kalinya
Ikutilah cintaku yang konyol ini
Sampai mentari terbenam nanti
Atau seperti yang sudah saya singgung sebelumnya tentang
cinta seorang remaja perempuan kepada murid yang sangat pandai, diceritakan
bahwa si cowok ini merupakan juara tiga UN dan sebagai anak IPS yang tidak
memahami Kalkulus. Jadi teringat kisah cinta seseorang (nah kan, curhat
colongan lagi...)
(Koi No Keikou To Taisaku - Arah Sang Cinta Dan Balasannya, Setlist Te Wo Tsunaginagara)
Arah sang cinta dan balasannya tolong ajarkanlah
Apakah referensi yang lebih baik?
Karena ku anak IPS aku pun tidak tahu
Selalu saja punya prasangka buruk
Padahal kupikir aku tidak bisaSaat kubertanya pada teman-teman
Semua bilang bohong kan dan tertawa
Pasti saat sedang kencan sekalipun
Memecahkan soal kalkulusnya juga
3. Analogi sebuah Benda dengan Perjalanan Hidup
Sebuah
benda kadang bisa memiliki penerjemahan sendiri bagi seseorang, atau memiliki
filosofi yang dapat diresapi sebagai pembelajaran hidup untuk manusia. Ya, sebuah
benda bisa dianalogikan sebagai bagian dari sebuah perjalanan hidup. Dalam
lagu-lagu 48 Group, kadang hal remeh-temeh semacam naik kereta (bukan kereta
malamnya Umi Elvi) atau bahkan minum ramune bisa memiliki makna yang cukup
dalam.
Contoh lagu Otona Ressha atau Kereta Kedewasaan, yang
berkisah mengenai seseorang yang telah menginjak dewasa akan mengalami fase
dimana dia akan berpisah dengan banyak hal yang menyenangkan, termasuk teman,
dan mempertanyakan pada diri sendiri apakah ia mampu untuk menghadapi semuanya.
(Otona Ressha - Kereta Kedewasaan, Joy! Kick! Tears! 4th Album)
Kereta kedewasaan tak sempat kunaiki lagi
Melihatnya berlalu
Kurasakan sakit dalam hati
Ajari aku sesuatu
Rasa sedih bila kita berpisah dan
Gelapnya p'rasaan putus asa
Ingin hapus segala rasa itu
Agar ku bisa menemukan cahaya
River, bermakna tentang sebuah perjalanan dengan analogi
sungai yang mengalir deras. Mengajarkan optimisme untuk selalu maju mengejar
mimpi (yang dianalogikan sebagai seberang sungai) meskipun rintangan dan risiko
selalu ada di depan mata.
(River, Mahagita 2nd Album)
Tepat di depan matamu
Ada sungai mengalir
Luas, sebuah sungai yang besar
Walaupun gelap dan dalam
Walaupun arusnya deras
Tidak perlu ketakutan
Walaupun kau terpisah
Ya, tepian pasti ada
Lebih percayalah pada dirimu
Pesawat Kertas 365 Hari, tentang pesawat kertas setiap orang
yang memiliki kemampuan berbeda. Ada yang dapat terbang jauh, ada juga yang
hanya dekat. Kemampuan pesawat kertas tidak dapat dibandingkan hanya dari jarak
tempuhnya, tapi tentang bagaimana dan apa yang dilalui, semisal kondisi angin, aerodinamika
lipatan kertas, dan lain sebagainya.
(365 Nichi No Kamihikouki - Pesawat Kertas 365 Hari, Mahagita 2nd Album)
Hidup bagaikan pesawat kertas
Terbang dan pergi membawa impian
Sekuat tenaga dengan hembusan angin
Terus melaju terbang
Jangan bandingkan jarak terbangnya
Tapi bagaimana dan apa yang dilalui
Karena itulah satu hal yang penting
S'lalu sesuai kata hati
Sanbyaku rokujugo nichi
4. Lirik
Lagu JKT48 yang bisa ditafsirkan “Berbahaya”
Sampai mana pun dirimu kucintai
Sampai kapan pun dirimu dicintai
Saling mempercayai keabadian
Dosanya pertemuan kitaKumohon maafkanlah cinta kita ini
yang tak terkabul
Sembunyikan dalam hati
Kumohon kepada takdir yang kejam ini
berserah diri
Kita berdua yang terlarang
Ada beberapa orang yang menafsirkan bahwa lagu Kinjirareta Futari menceritakan
tentang cinta terlarang yang dilakukan pasangan sesama jenis. Koreografi yang
dilakukan oleh dua orang member perempuan makin memperkuat argumentasi
tersebut. Hal ini pernah penulis baca ketika tidak sengaja menemukan artikel
yang membahas persoalan ini di Kompasiana saat masih ada setlist Seishun
Girls (aduh, ketahuan saya ngikutin ini dari tahun berapa)
Meskipun begitu, setelah membaca cara pandang lainnya, ada yang menerjemahkan lagu ini sebagai cinta terlarang yang bisa diterjemahkan secara subjektif. Misalnya cinta beda budaya, beda agama, dan lain sebagainya. Masalah koreografi yang dilakukan oleh dua orang perempuan, apakah itu benar-benar mempresentasikan hubungan ilegal yang dimaksud? Tidak mungkin juga kan menggunakan back dancer laki-laki.
Dari sekian banyak lagu-lagu JKT48 yang dapat diterjemahkan
dengan perspektif yang berbeda-beda, kurang pantas jika terlalu berlebihan
menanggapi soal makna lagu tersebut. Konsep lagu seperti ini memang lebih
baiknya dimaknai secara sendiri-sendiri dengan perspektifnya, tidak masalah
jika bisa didiskusikan soal ini. Selain itu, perbedaan pemaknaan lagu juga bisa
memberikan kekayaan pandangan. Tinggal menikmati saja perbedaan tafsir
lagu-lagunya.
Perbedaan budaya Jepang dan Indonesia juga menjadi sedikit ganjalan
terkait dengan lagu-lagu terjemahan Jepang yang dinyanyikan oleh JKT48. Menurut
penulis, ada beberapa lagu yang jika dibawa ke tanah air akan menimbulkan kontroversi,
sebagaimana yang akan kita bahas di bagian 2 nanti. Entah bagaimana cara
manajemen memilih lagu dari sister group yang akan dibawakan, tapi mungkin
faktor norma dan budaya bisa dipertimbangkan (kalau ini dibaca ya...).
0 komentar: