Kasih dengar anganku bersuara, dia kan bernyanyi
Rapsodi indah yang ‘kan bermuara di fajar hati...
Halo, selamat datang di segmen artikel baru di blog ArgumentasiRealiti yang dibuka dengan penggalan lirik lagu berjudul “Rapsodi”. Sebuah Single
original perdana dari sebuah grup idola asal Jakarta, siapa lagi kalau bukan
JKT48. Ya, sebuah segmen artikel yang tidak semua orang dapat menikmatinya.
Meskipun begitu, ini adalah konten paling bebas yang mungkin tidak banyak
ekspektasi.
Kembali Ngidol akan membahas sudut pandang mengenai fenomena yang terjadi di fandom JKT48 dari sudut pandang seorang fans far yang juga pernah menyaksikan era awal JKT48 di rentang tahun 2012-2016 dan kemudian vakum. Selain itu, di segmen Kembali Ngidol juga bisa berisi pendapat atau opini pribadi mengenai per-JKT48-an. Di tulisan kali ini, penulis akan menjelaskan mengapa penulis memutuskan kembali ngidol.
Oh iya, ide penulisan artikel ini muncul setelah penulis mencoba pertama
kali sesi video call bersama member. Pada kesempatan pertama
berinteraksi dengan member kali ini, penulis memilih untuk mengobrol ke oshi
sendiri yang dijuluki banyak orang sebagai “oshi sejuta umat”, tentu saja si Shani
Indira Natio. Cukup menarik memang karena di H-1 seluruh sesi video call Ci
Shani langsung Sold Out, padahal tanpa strategi atau disebut oleh Ci Shani di
medsosnya. Hebat memang.
Impresi pertama penulis, sulit untuk diungkapkan. Disapa
“halo” saja sudah meruntuhkan semua yang sudah dibayangkan di kepala. Belum
panas dingin badan ketika berada di waiting room. Tegangnya tak jauh
beda ketika menghadapi sidang atau ujian penentuan. Namanya juga pengalaman
pertama. Di-waro adalah sebuah keajaiban.
Namun, artikel ini ditulis bukan untuk me-review bagaimana rasanya video call dengan member, terkhusus ke oshi sendiri. Artikel ini adalah curahan hati penulis yang akhirnya memilih kembali “ngidol” setelah vakum hampir empat tahun. Kenapa kembali?
Penulis sendiri sudah tahu JKT48 sejak SD, lebih tepatnya di
rentang tahun 2011-2012. Namun, ketika benar-benar tertarik dan akhirnya ngefans
sekitar 2012, menjelang lulus SD saat itu. Sampai pada puncaknya pada masa
setingkat SMP. Karena jarak menghalangi untuk berjumpa, jadinya penulis hanya
menjadi penggemar modal layar kaca dan kuota internet sambil sesekali menabung
beli merchandise resmi dari uang saku yang tidak seberapa.
Ada beberapa hal yang pada akhirnya membuat penulis vakum
dari dunia peridolan di 2016. Faktor utamanya memang lingkungan yang tidak
mendukung, dimana mayoritas adalah penikmat genre heavy metal sedangkan penulis tidak menyukai (bahkan cenderung menghindari) genre musik satu itu. Tahu
sendiri dampaknya, stigma selera musik yang aneh dikalungkan pada penulis. “Cowok
kok dengerin heavy rotation, harusnya ya heavy metal” (Ini bukan kata-kata
asli, hanya perumpamaan).
Selain itu, banyak faktor yang juga membuat penulis memilih
vakum. Penulis menggunakan istilah vakum karena jika menggunakan istilah
pensiun kurang tepat. Selama masa vakum, penulis hanya mengikuti berita grup
ini secara umum saja, tidak sedetail seperti saat masih jadi fans. Kadang juga
masih mendengarkan beberapa lagu. Namun, di awal 2020 panggilan jiwa kembali
ke sana. Beberapa rangkuman alasan mengapa penulis kembali setelah vakum hampir
4 tahun:
1. Perkembangan JKT48
(Reboost, JKT48 One, dan member)
Tentang Re:Boost, proyek ini sendiri sebenarnya sudah
diumumkan sejak 2018. Namun, itu masih belum memancing keinginan penulis untuk
kembali, meskipun mulai mencuri perhatian. Salah satu programnya yang
benar-benar menarik adalah ‘JKT48 Circus’ yang akan berkeliling Indonesia untuk
menghibur penggemar di luar Jakarta. Cara yang bagus menggaet para fans far,
meskipun penulis sendiri tidak berkesempatan ikut saat kegiatan di Semarang.
Sedih ☹
Kalau ditanya kapan penulis kembali untuk ngidol,
jawabannya adalah pengumuman project ‘ONE’. Jika penulis dianggap sebagai fans
era ‘ONE’ sih sebenarnya juga tidak masalah, toh juga penulis sudah bercerita
awal mula ngefans dengan grup idola satu ini. Project single original
beserta centre terpilih, Ci Shani, membuat penulis perlahan kembali ke
jalur ngidol.
Soal keinginan menyaksikan langsung di teater, sebenarnya
penulis hanya menginginkan mimpi lama di era awal (2012-2016) terwujud. Apalagi
jika melihat bahwa Bandung-Jakarta tak terlalu jauh dan uang saku lebih
memungkinkan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Sayangnya, tanggal yang direncanakan
gagal akibat kebijakan tanggap darurat korona di Jakarta pertengahan Maret
lalu.
Beberapa member yang saat itu bermain film juga menarik
perhatian penulis. Selain Zara (Adhisty Zara) di Dua Garis Biru (penulis hanya
menonton judul itu di bioskop), ada juga Vienny (Ratu Vienny) di film Koboy
Kampus-nya Ayah Pidi Baiq. Selain itu, seringnya Desy (M.G.N. Desy P.G) muncul
di acara-acara televisi juga meyakinkan penulis untuk kembali.
2. Bertemu
dengan teman sefrekuensi
Ini berkaitan dengan rencana penulis untuk menonton teater
langsung ke Jakarta. Di kampus penulis saat ini, penulis bertemu dengan
beberapa teman yang ternyata satu frekuensi kalau membahas seputar dunia
per-JKT48-an. Dari sini, kemudian sempat muncul ajakan untuk menuju “kuil suci”
di Sudirman, Jakarta itu. Program First Experience yang diadakan
manajemen makin menarik perhatian dan sejak itu mulai menabung untuk bisa
menyaksikan langsung di teater.
Tanggal yang dinantikan sudah ditetapkan, pekan ke-tiga
bulan Maret. Mulai harap-harap cemas sejak kasus positif COVID-19 pertama telah
terdeteksi. Tepat setelah melaksanakan Ujian Tengah Semester, pengumuman
pengalihan perkuliahan menjadi daring dan penutupan sementara teater telah
memupuskan harapan untuk menyaksikan langsung. Opsi menonton secara gratis melalui
live streaming dan beberapa kali membayar menjadi pelipur harapan yang dipupuskan
pandemi.
3. Patah
Hati
Alasan paling abstrak untuk kembali ngidol-nya penulis
adalah patah hati. Ya, setelah sekian waktu mencoba mencari pasangan yang akan
mengisi kekosongan hati namun nyatanya malah diterbangkan tinggi dan terhempas
akan realitas yang menyakitkan di kota yang katanya romantis setelah hujan itu.
Kesannya seperti mencari pelarian, namun tidak sepenuhnya benar. Perlu beberapa
waktu untuk menemukan hal lain yang membantu diri menemukan harapan dan
semangat baru. Apa tetap tidak jenuh dengan kegiatan di kampus saja? Tidak dapat
dipungkiri bahwa manusia butuh hiburan, apalagi penulis juga tipikal yang mudah
bosan dengan sesuatu hal yang rutin.
Menurut penulis, kegiatan ngidol bukan sekedar hanya
menyaksikan dedek-dedek menyanyi dan menari di panggung membawakan setlist.
Lebih dari itu, ada visi saling menguatkan dan mendukung dalam mengejar mimpi
masing-masing, serta hal lain yang tidak cukup jika dijabarkan di sini. Semoga
masih sempat membahas filosofi ngidol ala penulis di tulisan yang
berbeda.
Masih panjang sebenarnya yang ingin ditulis, tapi coba
sejenak kita merayakan perjalanan selama 9 tahun di kesempatan Anniversary tahun ini yang berbeda, lalu menikmati momen-momen seremoni graduation kelima member
yang kita semua sayangi malam esok. Semoga mereka sukses dengan jalannya
masing-masing. Dan kita kembali ke kehidupan kita sebagai manusia biasa, dan
bisa jadi oshihen mencari yang lain. Hehehe.
Keterangan :
Oshi : Anggota favorit, Oshihen : Ganti anggota yang disukai
Waro : Atensi dari member
Graduation : Kelulusan member dari JKT48