Kamis, 17 Desember 2020

Kembali Ngidol Setelah Vakum 4 Tahun

 


Kasih dengar anganku bersuara, dia kan bernyanyi

Rapsodi indah yang ‘kan bermuara di fajar hati...

Halo, selamat datang di segmen artikel baru di blog ArgumentasiRealiti yang dibuka dengan penggalan lirik lagu berjudul “Rapsodi”. Sebuah Single original perdana dari sebuah grup idola asal Jakarta, siapa lagi kalau bukan JKT48. Ya, sebuah segmen artikel yang tidak semua orang dapat menikmatinya. Meskipun begitu, ini adalah konten paling bebas yang mungkin tidak banyak ekspektasi.

Kembali Ngidol akan membahas sudut pandang mengenai fenomena yang terjadi di fandom JKT48 dari sudut pandang seorang fans far yang juga pernah menyaksikan era awal JKT48 di rentang tahun 2012-2016 dan kemudian vakum. Selain itu, di segmen Kembali Ngidol juga bisa berisi pendapat atau opini pribadi mengenai per-JKT48-an. Di tulisan kali ini, penulis akan menjelaskan mengapa penulis memutuskan kembali ngidol.

Oh iya, ide penulisan artikel ini muncul setelah penulis mencoba pertama kali sesi video call bersama member. Pada kesempatan pertama berinteraksi dengan member kali ini, penulis memilih untuk mengobrol ke oshi sendiri yang dijuluki banyak orang sebagai “oshi sejuta umat”, tentu saja si Shani Indira Natio. Cukup menarik memang karena di H-1 seluruh sesi video call Ci Shani langsung Sold Out, padahal tanpa strategi atau disebut oleh Ci Shani di medsosnya. Hebat memang.

Impresi pertama penulis, sulit untuk diungkapkan. Disapa “halo” saja sudah meruntuhkan semua yang sudah dibayangkan di kepala. Belum panas dingin badan ketika berada di waiting room. Tegangnya tak jauh beda ketika menghadapi sidang atau ujian penentuan. Namanya juga pengalaman pertama. Di-waro adalah sebuah keajaiban.

Namun, artikel ini ditulis bukan untuk me-review bagaimana rasanya video call dengan member, terkhusus ke oshi sendiri. Artikel ini adalah curahan hati penulis yang akhirnya memilih kembali “ngidol” setelah vakum hampir empat tahun. Kenapa kembali?

Penulis sendiri sudah tahu JKT48 sejak SD, lebih tepatnya di rentang tahun 2011-2012. Namun, ketika benar-benar tertarik dan akhirnya ngefans sekitar 2012, menjelang lulus SD saat itu. Sampai pada puncaknya pada masa setingkat SMP. Karena jarak menghalangi untuk berjumpa, jadinya penulis hanya menjadi penggemar modal layar kaca dan kuota internet sambil sesekali menabung beli merchandise resmi dari uang saku yang tidak seberapa.

Ada beberapa hal yang pada akhirnya membuat penulis vakum dari dunia peridolan di 2016. Faktor utamanya memang lingkungan yang tidak mendukung, dimana mayoritas adalah penikmat genre heavy metal sedangkan penulis tidak menyukai (bahkan cenderung menghindari) genre musik satu itu. Tahu sendiri dampaknya, stigma selera musik yang aneh dikalungkan pada penulis. “Cowok kok dengerin heavy rotation, harusnya ya heavy metal” (Ini bukan kata-kata asli, hanya perumpamaan).

Selain itu, banyak faktor yang juga membuat penulis memilih vakum. Penulis menggunakan istilah vakum karena jika menggunakan istilah pensiun kurang tepat. Selama masa vakum, penulis hanya mengikuti berita grup ini secara umum saja, tidak sedetail seperti saat masih jadi fans. Kadang juga masih mendengarkan beberapa lagu. Namun, di awal 2020 panggilan jiwa kembali ke sana. Beberapa rangkuman alasan mengapa penulis kembali setelah vakum hampir 4 tahun:

1. Perkembangan JKT48 (Reboost, JKT48 One, dan member)

Tentang Re:Boost, proyek ini sendiri sebenarnya sudah diumumkan sejak 2018. Namun, itu masih belum memancing keinginan penulis untuk kembali, meskipun mulai mencuri perhatian. Salah satu programnya yang benar-benar menarik adalah ‘JKT48 Circus’ yang akan berkeliling Indonesia untuk menghibur penggemar di luar Jakarta. Cara yang bagus menggaet para fans far, meskipun penulis sendiri tidak berkesempatan ikut saat kegiatan di Semarang. Sedih

Kalau ditanya kapan penulis kembali untuk ngidol, jawabannya adalah pengumuman project ‘ONE’. Jika penulis dianggap sebagai fans era ‘ONE’ sih sebenarnya juga tidak masalah, toh juga penulis sudah bercerita awal mula ngefans dengan grup idola satu ini. Project single original beserta centre terpilih, Ci Shani, membuat penulis perlahan kembali ke jalur ngidol.

Soal keinginan menyaksikan langsung di teater, sebenarnya penulis hanya menginginkan mimpi lama di era awal (2012-2016) terwujud. Apalagi jika melihat bahwa Bandung-Jakarta tak terlalu jauh dan uang saku lebih memungkinkan untuk mewujudkan mimpi tersebut. Sayangnya, tanggal yang direncanakan gagal akibat kebijakan tanggap darurat korona di Jakarta pertengahan Maret lalu.

Beberapa member yang saat itu bermain film juga menarik perhatian penulis. Selain Zara (Adhisty Zara) di Dua Garis Biru (penulis hanya menonton judul itu di bioskop), ada juga Vienny (Ratu Vienny) di film Koboy Kampus-nya Ayah Pidi Baiq. Selain itu, seringnya Desy (M.G.N. Desy P.G) muncul di acara-acara televisi juga meyakinkan penulis untuk kembali.

                2. Bertemu dengan teman sefrekuensi

Ini berkaitan dengan rencana penulis untuk menonton teater langsung ke Jakarta. Di kampus penulis saat ini, penulis bertemu dengan beberapa teman yang ternyata satu frekuensi kalau membahas seputar dunia per-JKT48-an. Dari sini, kemudian sempat muncul ajakan untuk menuju “kuil suci” di Sudirman, Jakarta itu. Program First Experience yang diadakan manajemen makin menarik perhatian dan sejak itu mulai menabung untuk bisa menyaksikan langsung di teater.

Tanggal yang dinantikan sudah ditetapkan, pekan ke-tiga bulan Maret. Mulai harap-harap cemas sejak kasus positif COVID-19 pertama telah terdeteksi. Tepat setelah melaksanakan Ujian Tengah Semester, pengumuman pengalihan perkuliahan menjadi daring dan penutupan sementara teater telah memupuskan harapan untuk menyaksikan langsung. Opsi menonton secara gratis melalui live streaming dan beberapa kali membayar menjadi pelipur harapan yang dipupuskan pandemi.

                3. Patah Hati

Alasan paling abstrak untuk kembali ngidol-nya penulis adalah patah hati. Ya, setelah sekian waktu mencoba mencari pasangan yang akan mengisi kekosongan hati namun nyatanya malah diterbangkan tinggi dan terhempas akan realitas yang menyakitkan di kota yang katanya romantis setelah hujan itu. Kesannya seperti mencari pelarian, namun tidak sepenuhnya benar. Perlu beberapa waktu untuk menemukan hal lain yang membantu diri menemukan harapan dan semangat baru. Apa tetap tidak jenuh dengan kegiatan di kampus saja? Tidak dapat dipungkiri bahwa manusia butuh hiburan, apalagi penulis juga tipikal yang mudah bosan dengan sesuatu hal yang rutin.

Menurut penulis, kegiatan ngidol bukan sekedar hanya menyaksikan dedek-dedek menyanyi dan menari di panggung membawakan setlist. Lebih dari itu, ada visi saling menguatkan dan mendukung dalam mengejar mimpi masing-masing, serta hal lain yang tidak cukup jika dijabarkan di sini. Semoga masih sempat membahas filosofi ngidol ala penulis di tulisan yang berbeda.

Masih panjang sebenarnya yang ingin ditulis, tapi coba sejenak kita merayakan perjalanan selama 9 tahun di kesempatan Anniversary tahun ini yang berbeda, lalu menikmati momen-momen seremoni graduation kelima member yang kita semua sayangi malam esok. Semoga mereka sukses dengan jalannya masing-masing. Dan kita kembali ke kehidupan kita sebagai manusia biasa, dan bisa jadi oshihen mencari yang lain. Hehehe.

 

Keterangan :

Oshi : Anggota favorit, Oshihen : Ganti anggota yang disukai

Waro : Atensi dari member

Graduation : Kelulusan member dari JKT48

Previous Post
Next Post